Gadis Kecil yang suka merangkai kata
Blogaholic Designs”=

Followers

Yang Nyangkut :D

SURE!

SURE!

Senin, 11 Mei 2020

Surat Untuk Kamu


Terima kasih, Aku

Aku tahu kau selalu berusaha memberikan yang terbaik yang bisa kau lakukan untuk semua hal-hal yang kau sukai. Tapi tahukah kau bahwa kau juga harus memberikan yang terbaik untuk hal-hal yang tidak kau sukai, atau mungkin belum kau sukai. Seperti mengerjakan skripsi, bimbingan rutin, belajar, dan sebagainya. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi, namun jika selalu memberikan yang terbaik, aku yakin kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan.

Sudah bertahun-tahun kau bergulat dengan tawa dan air mata. Tidak bisakah sehari saja kau merasa datar? Ah, aku yakin kau juga berharap begitu, semoga kelak walau satu hari saja, harimu tenang meski itu bukan bahagia.

Kita telah melewati banyak sekali kisah. Rintangan, tantangan, dan malas-malasan. Kita mencoba bersosialisasi dengan banyak hal. Kita belajar mencintai, memahami, mengikhlaskan, melepaskan dan melupakan. Kita bercermin, berjalan, berlari, dan menghilang dalam beberapa kesempatan. Kita bangga, bersyukur, jatuh, dan kecewa. Tapi Aku tidak pernah berterima kasih padamu.

Kau yang selalu ada setiap aku menyeka air mata, kau yang selalu ada saat suaraku begitu nyaring tertawa, kau yang selalu menguatkan ketika aku terjatuh lemas, kau yang selalu menasehati sewaktu aku kehilangan arah. Harusnya aku tahu, hanya kau yang tidak akan pernah meninggalkan aku.

Terima kasih untuk kamu, diriku sendiri.

Terima kasih sudah bertahan sejauh ini dengan aku.

Dua puluh dua tahun, Terima kasih.

Kamis, 09 April 2020

#aprilproduktifday9


Seorang Perempuan

Aku mengingat-ngingat sampai kepalaku pusing tentang film apa yang pernah aku tonton untuk membuat tulisan ini. sangat pusing sebab kini aku tidak terlalu suka menonton film dan kalaupun nonton, sebagian besar film tersebut adalah series. Pada titik terakhir aku memilih film, aku teringat salah satu short film yang pernah aku tonton. Sebenarnya sangat menyenangkan jika berbicara film series seperti Money Heist, The End Of The F***ing World, Death Note versi anime, Anohana, Itaewon Class, Anime Sword Art Online atau serial Sherlock Holmes.  Tapi short film yang satu ini memiliki kesan tersendiri buatku, dan aku ingin membagikannya kepada para pembaca blogku hehe.

 Film pendek ini dipublikasikan tanggal 23 April 2018 di Youtube oleh Cleo Tellier. Durasinya berkisar tujuh belas menit dan minim percakapan. Film ini menceritakan salah satu permasalahan yang terjadi saat ini, yaitu banyaknya perempuan usia belia yang hamil dan menjadi Ibu muda. Di dalam film ini digambarkan seorang perempuan bernama Mishka, sesuai judulnya, yang hamil di usia 13 tahun. Tentu umur yang sangat muda untuk menjadi seorang ibu dan mungkin akan menanggalkan mimpi serta citanya. Saat kita menemukan titik yang mengatakan bahwa kita harus melupakan impian di masa depan, di titik itu pula-lah kita sadar bahwa hal itu adalah hal terberat dalam hidup.

Mishka tinggal berdua sama Ayahnya, dan sedang menyukai seorang lelaki (atau mungkin itu pacarnya, sebab Ia berciuman dengan lelaki tersebut saat diantar pulang dari pesta). Alur cerita film pendek tersebut sengaja membuat penontonnya penasaran, akan siapakah yang menghamilinya dan bagaimana jika Ayahnya tahu hal tersebut. Aku bisa merasakan bagaimana kebingungan Mishka ketika sadar bahwa Ia hamil. Ia menjadi sangat tertutup pada Ayahnya, tidak semangat ke sekolah ataupun melakukan hal-hal lainnya. Memikirkan tindakan apa yang harus diambil selanjutnya  sangatlah sulit, apalagi ketika harus mempertimbangkan bagaimana cara memberitahukan kenyataan tersebut kepada seorang Ayah.

Salah satu cuplikan pada film tersebut membuat aku sangat sedih. Ketika kita menghadapi sebuah masalah, masalah yang amat besar, dan harus menghadapinya sendirian. Kita berusaha berlaku tegar, dan kuat di depan orang lain, namun ketika telah sendiri, kita menyadari bahwa kita sangat lemah hingga tak tahu harus meluapkan emosi ini dengan cara apa. Terkadang menceritakan ke orang lain tidak menyelesaikan masalah, hanya menambah beban sebab membuat orang lain khawatir. Terus bertahan menyimpannya sendiri membuat diri sangat sesak, hingga akhirnya kita terbiasa dan mengerti bahwa hidup penuh dengan masalah. Namun setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.

Mishka mencoba mencari jalan keluarnya, dan keputusannya yang menurutku membuat film ini dark. Teman-teman semua bisa menonton film tersebut di Youtube untuk tahu akhir dari ceritanya.

Setiap momen yang kita lewati memberikan bekas, jika itu adalah momen yang sangat memilukan, tidak jarang akan berakhir menjadi trauma. Aku tahu Mishka akan menjadi trauma, dan kalut yang ada di hatinya tidak bisa berakhir dengan cepat. Impian dan cita harapan seorang perempuan yang kandas akibat permasalahan yang menimpa dirinya menjadi hal tidak akan terlupakan. Namun aku berharap seluruh perempuan tidak menyerah meskipun hal yang terberat datang menimpa kita.

Menurutku, kekuatan akan menguatkan kita ketika kita berani untuk memaafkan diri kita sendiri.

Rabu, 08 April 2020

#aprilproduktifday8


LUPA SUMPAH!

Dari sekian banyak kejadian "Lupa", aku memilih menceritakan pengalaman terbodoh ku saja yah, karena melupakan hal yang dianggap sederhana itu mudah, dan sangat sulit jika hal itu tidaklah sederhana.
***
    Suatu malam aku lupa membawa pulang "PR"  ku, jadi sesampaiku di kost, aku langsung meminta Rofi mengirimkan "PR" Ku itu karena kebetulan jarak kost Rofi dan Rumah Produksi dekat. Karena sudah larut malam dan produknya harus selesai besok pagi, maka aku menyarankan pakai Gogek saja, gocend aliasnya.

Setelah memesan gocend, aku jadi lega.

Tamat.
Eh belum.

      Setelah memesan gocend, aku ke toilet. Lalu tidur. Iya, aku tidur tanpa beban....  Tapi UNTUNGNYA Aku terbangun sekitar jam 2 malam, langsung panik karena sudah jam segitu dan lebih panik lagi, kok aku bermimpi memesan gocend...
.
       Sepersekian detik aku mencoba mengingat, aku beneran pesan gocend tidak ya? Terus barangnya mana yah? 
.
Aku sadar!
Deg
Deg

      Aku beneran pesan gocend dan Aku belum menerima paket gocend nya... Aku langsung mengecek handphone ku, ada puluhan panggilan tak terjawab, dari Abangnya pasti. 
Iya, *sedih banget*
        Aku lupa kalau aku memesan gocend.... Dan parahnya, Rofi juga langsung tidur setelah menyerahkan barangnya ke Abangnya. Aku deg-degan banget. 
.
Dengan setengah berani, aku menelpon nomor itu, dan... Diangkat.

"Halo pak? Maaf Pak, astaga saya ketiduran, mohon maaf sekali pak!"
"Duh gimana sih mba, saya tadi nunggu 30 menitan... "
"Maaf banget pak!!!" Nangis aing karena takut
"Ini barangnya masih ada sama saya" suara ngantuk, kasian banget lah pokoknya bapaknya..
"Waduh iya Pak, maaf Pak, Bapak sekarang dimana?"
"Di rumah, kaliurang Km atas."

Badan jadi lemes...
Deg
Deg
Deg
.
     Setelah memohon untuk diantarkan kembali karena barang itu sangat penting dan harus ku kerjakan malam ini, akhirnya drivernya ingin mengantarkannya.

TERIMAKASIH BAPAK!!!

TAMAT
BENERAN
.
Ingatan sependek kumis ku ini entah mau dimarahin seperti apa. Aku aja kesal.

Selasa, 07 April 2020

#aprilproduktifday7


Sebelum membaca lebih lanjut, saya ingin mengakui bahwa menulis tentang hubungan laki-laki dan perempuan adalah hal yang sulit sebab saya masih belajar L
***

Memahami Sebelum Memaklumi

Aku percaya, hubungan kuat terbentuk karena  adanya komunikasi yang baik antara laki-laki dan perempuannya. Komunikasi yang baik bukan persoal seberapa sering komunikasi itu terjalin, tapi tentang “Isi” dari komunikasi itu.
Kenapa komunikasi yang baik?
Karena dapat memberikan rasa percaya
Karena dapat menimbulkan pemahaman
Pemahaman akan mengarahkan kita untuk memaklumi Dia
Jika ada kekurangan dalam dirinya, kita maklum, manusia tidak ada yang sempurna
Jika ada kesalahan yang Dia perbuat, kita maklum, sebab kita paham bahwa itulah kekurangan Dia
Memaklumi, mengajak kita untuk bisa berproses bersama. Meraih mimpi dan tujuan kita.
Dalam hal ini, Memahami adalah proses  yang sangat penting dan sulittttt.
Sebab, bagaimana kita bisa jalan jauh kedepan, jika kita tidak memahaminya lalu berani mencoba memakluminya? Maka hanya ada sakit hati, kecewa, dan sakit hati (lagi).
Mungkin kita pernah gagal memahami seseorang
atau kita merasa tidak dipahami oleh orang itu
Tidak apa-apa, sebab memahami diri sendiri aja sangat sulit, apalagi mencoba memahami orang lain. Mari kita coba lagi nanti malam, atau besok, atau nanti. Tapi tak usah menjadi orang lain, ya? cintai dirimu sendiri, meski bagiku ini adalah hal yang lebih sulit.
***

Seringkali aku berpikir, pada akhirnya kita hanya membutuhkan orang yang tepat, bukan yang terbaik.

***
Pppsssttt...
Dari lubuk hati yang terdangkal:
Teruntuk kamu yang sedang mencoba memahami orang lain, percayalah, memahami dirimu sendiri adalah hal yang lebih dulu harus dilakukan. Sebab kamu akan terlihat bimbang, ketika kepastian mulai dipertanyakan.

Minggu, 05 April 2020

#aprilproduktifday6


PENSIL DIANTARA PULPEN

Tidak pernah memilih menjadi beda, dan tidak pernah ingin merasa beda. Tapi menjadi bahan omongan adalah hal yang tidak bisa dihindari sehingga menjadikan aku bertanya-tanya pada diri sendiri, iya yah, kenapa aku seperti itu padahal yang lainnya tidak?

Lahir dari keluarga yang HAMPIR semua berprofesi sebagai tenaga pendidik membuat aku punya beban tersendiri. Ibuku guru SMK jurusan listrik, Ayahku dosen teknik, Tanteku juga dosen, Omku guru, ada yang guru SMA, ada juga guru TK. Kakakku, sepertinya jika diminta menjadi dosen, ia akan setuju, tapi nyatanya Ia akan menjadi dokter. Adikku, entah ingin menjadi apa, yang jelas Ia sangat suka mempelajari teknologi, dan cita-citanya kuliah di Jepang.

Aku? Haha. Bermimpi masuk sekolah seni, tapi ternyata ditempatkan pada “tempat yang sama” meskipun tahu “tempat yang berbeda” adalah tempat yang tepat. Aku dilahirkan sebagai anak tengah yang sangat suka menggambar, melukis, tangannya lincah membuat kerajinan sehingga sekarang punya usaha perkadoan. Bahkan, setelah menjadi mahasiswa Biologi, aku malah mendalami seni paper quilling, cutting paper, felt flower, paper art pop up, scrapbook, belajar menggambar agar lebih baik, mengoleksi berbagai jenis cat, kuas, dan sebagainya. Setelah semua kemampuan dan usahaku itu, kenapa setiap aku pulang kampung, keluargaku masih terus bertanya,

“Mau lanjut S2 dimana? Pertanian aja, kan S1 nya biologi.”
“Cie, harus jadi penerus Ayahmu yah, jadi dosen yah!”
“Wow jangan kalah sama Ayahmu, kamu juga harus kuliah sampai Profesor!”
“Kalau berbisnis itu tidak ada yang pasti, mending jadi dosen, gajinya terjamin.”
Pada akhirnya aku cuman jawab, “Hehehe.. he...”

Tidak ingin terlihat menolak karena pasti akan sangat menyakiti hati orangtua, tapi memaksakan untuk sama dengan ketertarikan mereka ternyata membuatku semakin yakin bahwa aku ini berbeda di dalam keluargaku. Maka terkutuklah aku,  sebab aku ingin terus berbeda. Seperti pensil diantara pulpen, meski harus patah dan terus patah dalam proses belajarnya tapi aku akan meraut diriku sendiri sampai runcing kembali, tepat seperti pensil.

#aprilproduktifday5

MENGARUNGI MEDIA SOSIAL

Sejak kecil, kita sudah diperkenalkan dengan media sosial. Perkenalan itu entah mendesak kita untuk membuat akun di media sosial tersebut atau berpura-pura menjadi penikmatnya saja. Yang jelas, kita terperangkap untuk mengarungi media sosial untuk keperluan yang "diharuskan" ada. 

Aku diperkenalkan dengan facebook (FB)oleh teman SD-ku, dan itu mendesak ku untuk membuat akun FB, mengikuti tren, katanya. Aku diperkenalkan dengan Twitter, lantas aku buat Twitter juga untuk mengikuti tren, dan seterusnya. Jujur, aku tidak pernah membuat akun media sosial karena aku mencari media sosial itu sendiri, tapi semuanya dikarenakan "diperkenalkan~"

Sebenarnya, aku tidak punya prinsip apapun dalam bermain media sosial. Aku tidak terlalu peduli dengan postingan orang lain, pun sebaliknya, aku akan posting apapun yang ingin ku posting. Tapi aturan bagi diriku sendiri adalah, tidak boleh menebar kebencian, konten negatif, dan menyinggung orang lain atau menjelekkan pihak tertentu. Kurasa, tidak keren bila hal seperti itu diumbar di media sosial.

Ada banyak ombak di media sosial, ada banyak perbedaan pendapat dalam bermain media sosial. Kita perlu bijak pada diri kita sendiri. Sebab jika sibuk mengingatkan orang lain, sampai kapan selesainya? 

Oh iya, tips ku nih (menurutku ya) supaya kita tidak sia-sia bermain media sosial, agar bukan hanya sekedar sebagai kolam pamer dan menghabiskan waktu;
Jika ingin berkembang, maka ikutilah orang-orang yang memiliki tujuan tersebut atau bahkan sudah di titik itu.
Jika ingin menguasai seni, maka ikutilah orang-orang yang menyukai seni atau bahkan Seniman itu sendiri
Jika ingin belajar bisnis, ikutilah akun-akun bisnis atau pengusaha terkenal
Dan seterusnya. 

Satu lagi, aku belum katakan, hehe, instagramku adalah instagram private, kenapa? 
Karena tidak ingin diganggu oleh orang-orang yang hanya ingin membandingkan dan menilai diriku dengan angka, bukan untuk berteman baik denganku. 

Jadi, jangan "follow" Orang lain hanya untuk membandingkan nilai mereka yah :)

#bingungnulisapaasli
#btwhappybirthdayrofiHAHA

Sabtu, 04 April 2020

#Aprilproduktifday4

Suara Emas

Hari itu Rofi sedang asyik nonton film di ruangannya, sedangkan aku duduk di ruangan sebelah sambil dengerin teman nge-cover lagu di Instagram. Suaranya memang bagus banget aseliii. 

Pas videonya habis, entah ada angin apa tapi seperti ada dorongan mau mencoba menyanyikan lagu itu, merasa "kalau suaraku gimana yah???" yaudah aku auto nyanyi.... 

"Innnnntuisikuu... Selalu mengarah kepa--"

"Hahahahahahah"

Tiba-tiba aku dengar Rofi tertawa tidak berhenti sambil bilang

"Hahaha Abis dengerin temenmu itu bukan berarti suaramu langsung bagus juga bambang hahaha"

Tertawa ngakak jungkir balik kayak orang mau pingsan.

Aku ikut tertawa dan asli malu banget, padahal sudah ku coba dengan suara paling bagusku loh....
Hehe

Oh iya, ternyata Rofi merhatiin aku ya hohoho




Jumat, 03 April 2020

#aprilproduktifday3


Manusia Tahun 802.701

Kali ini aku akan bercerita mengenai buku H.G Wells yang berjudul Time Machine. Sebenarnya buku ini keluaran lama, tahun 1895 dan diterbitkan pertama kali di Inggris wkwkwkw. Tapi  buku ini bertahan lebih dari satu abad karena sangat populer dan Wells pada masanya dijuluki sebagai Bapak Filsi Ilmiah karena kemahirannya memadukan fiksi dan teori-teori ilmiah. Aku tentu langsung tertarik membacanya, selain itu salah satu ulasan dari buku ini berkata:

“H.G Wells menceritakan kehidupan manusia yang dipenuhi darah, kesedihan, dan kebodohan.” – Joseph Conrad


Aku sangat-sangat-sangat tertarik ketika membaca kata “Kebodohan”. Aku penasaran, kebodohan apa yang terjadi pada manusia di tahun 802.701 menurut Wells.

Ia menggambarkan seorang penjelajah waktu berhasil menuju tahun 802.701 yang kala itu dihuni oleh dua spesies yang berbeda, yang ibarat (kasarnya menurutku) satu spesies keturunan dari kaum kaya (disebut ras Eloi yang hidup di atas permukaan bumi) dan satu lainnya adalah keturunan dari kaum miskin. (disebut ras Morlock yang hidup di bawah tanah). Ras Eloi adalah manusia yang lemah, malas, dan bertingkah seperti anak-anak, sebab semua pekerjaan kasar dikerjakan oleh ras Morlock. Penjelah waktu merasa sangat kecewa akibat ulah manusia dan sifat-sifatnya.

“kecenderungan eksklusif orang kaya yang meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan mereka hanya akan memperlebar jurang di antara mereka dan orang miskin. Biaya pendidikan menjadi lebih tinggi dan fasilitas yang berlimpah ruah bagi orang kaya hanya menghambat kesinambungan kelas dan strata. – yang terjadi di atas bumi hanya usaha-usaha mengejar kesenangan, kenyamanan dan keindahan. Sedangkan di bawah tanah, orang-orang miskin dan pekerja harus menikmati kondisi kerja mereka yang miris. Begitu mereka berada di sana, mereka harus membayar biaya sewa dan biaya ventilasi gua mereka. Jika mereka menolak, maka mereka akan kelaparan atau tercekik tunggakan seperti yang dialami oleh sebagian dari mereka yang sengsara dan memberontak lalu mati. Akhirnya, keseimbangan pun terjadi. Yang selamat akan beradaptasi dengan kondisi kehidupan di bawah tanah dan bahagia dengan cara mereka sebagai orang-orang dunia-atas.”

Dan kalimat yang paling aku suka dalam buku ini adalah:
“Aku sangat menyesal penaklukan alam ternyata menyengsarakan.”

Bagi yang penasaran, langsung baca saja bukunya. Mau pinjam aku juga boleeeeh hehehe

Kamis, 02 April 2020

#Aprilproduktifday2

MENJAHIT HAL BAIK DI DALAM DIRI

Sejak berhasilnya “Ia” mengelabuhi dan melawan imun yang ada dalam tubuh manusia, Corona langsung menjadi tenar dan muncul dimana-mana. Seperti artis yang punya banyak uang, ke negara ini, ke negara itu, tanpa mikir waktu dan tanpa lihat kasta. Pokoknya dimana saja yang Ia inginkan asalkan dapat berkembangbiak. Sepertinya si Corona belum capek, sampai sekarang masih terus meningkat pertumbuhannya.

Kata Pemerintah, kita harus tetap di rumah agar Corona yang suka kemana-mana itu mati kutu karena rantai penyebarannya diputus. Kita semua mematuhinya (insya Allah), ada yang biasa aja, karena memang setiap hari di rumah. Tapi ada yang begitu gelisah, sebab setiap hari kakinya melangkah jauh ke setiap sudut kota.

Hingga ada yang berkata, gerakan Stay at home ini juga mempunyai sisi baik sebab kita menjadi lebih dekat dengan keluarga. Melakukan aktivitas yang dulunya tidak kita lakukan, lebih menghargai pertemuan, momen. Jadi hidup sehat, dan lain-lainnya. Well, itu bukan hal baru, kita mengada-ngada, sebab kita semua tahu itu sebelum gerakan stay at home ada tapi tidak pernah melakukannya. Kecuali mereka tidak pernah merebah di tempat tidur sambil menatap langit-langit kamar dan memikirkan betapa semua pertemuan memang haruslah dihargai, kebersihan haruslah dijaga, tidak usah keluyuran jika tidak penting malah jadi boros dan ikatan dengan keluarga tidak boleh renggang sampai kapanpun dan apapun kondisinya.

Jadi, hal baik apa sih yang aku coba lihat dari keadaan sekarang ini? Gimana sih agar aku menjadi baik-baik saja? Tak perlu bahagia deh, yang penting baik-baik dulu saja.
Belajar;
Lebih perhatian.
Lebih peka.
Lebih sabar.
Lebih ikhlas.
Lebih murah hati

Waw, itu adalah hal baik yang ku petik dari cobaan yang menimpa manusia. Dan bagiku, paling utama adalah kesabaran, hal baik yang ku coba jahit dalam diriku.

Corona bukan menguji kesabaranku, tapi Ia menunjukkan bahwa sabar, itu tidak ada batasnya. Baik, “sabar” akan ku jahit terus dalam diriku sampai nanti, sampai tak terhingga.

Rabu, 01 April 2020

#AprilProduktifDay1


RAHASIA APA YANG TERSIMPAN?

Tahun 2020 akan menjadi tahun yang sulit sekaligus membahagiakan, Batinku
.
Sebelum mengakhiri Desember 2019, aku sudah menata rapih segala rencana dalam buku yang baru saja aku beli. Ku sampaikan segala impian dan citaku di tahun 2020, ku tulis menggunakan spidol warna-warni dan tak lupa menggambar beberapa kartun kecil disetiap lembarnya. Kalau istilah kerennya, “Resolusi 2020”.

Banyak harapan yang ku sematkan pada diriku sendiri, salah satu harapan terbesarku adalah lulus dan wisuda di tahun 2020. Apalagi harapan seorang mahasiswa tingkat akhirnya akhir kalau bukan segera sidang lalu wisuda? Ini akan sangat sulit namun juga sangat mendebarkan hati.

Kita bisa merencanakan dengan sangat indah, kita bisa berharap sangat besar, tapi keputusannya tetap pada usaha dan takdir Allah SWT. Semua tentang masa depan adalah rahasia yang tersimpan sampai waktunya tiba, kan? Sebelum wabah yang begitu nakal masuk ke Indonesia, aku sudah tahu kalau aku tidak bisa wisuda sesuai target yang ku tetapkan. Belum sampai disitu,  tahun 2020 juga membuatku sangat pusing dengan dihentikannya perkuliahan tatap muka langsung sehingga semuanya harus dilakukan daring. Dasar wabah yang nakal pangkat bandel pangkat nakal! Masalah lainnya pun datang, termasuk sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan.

Masih bulan Maret, tapi rasanya begitu menyedihkan dan ingin cepat-cepat meninggalkan 2020.

Sekarang Aku sudah kehabisan kata tentang tahun ini. Aku berdoa saja, semoga segala permasalahan dan kesedihan cepat berlalu, terganti oleh cerita yang indah dan menggembirakan. Semoga 2020 sengaja membuatku sedih di awal tahun, tapi menyimpan begitu banyak kebahagiaan di akhir, menunggu waktu untuk satu persatu diberikan padaku. Ngarep lagi ngarep lagi, padahal udah tau itu rahasia waktu~

Oh iya, aku sedang belajar merelakan apa yang belum terwujud di tahun ini. Jadi dunia, tolong tunjukkan aku cara mengikhlaskan untuk segala sesuatu yang aku harus relakan.

Wow, tpi sulit sist ikhlas tuh” Kata kasurku~

Sabtu, 14 Maret 2020

WOLF AND OWL


Suku Canidae berlari menuju padang pasir. Di bawah sinar rembulan, Canis, ketua Canidae memandu anggotanya untuk bergerak menyeberang padang pasir sebelum matahari terbit. Namun Orion, salah satu anggota terlemah berjalan sangat lambat di belakang barisan. Orion memikul tas yang begitu berat, pundaknya membungkuk, tangan kirinya bertopang pada tongkat kayu yang Ia pungut di jalan sebelum memasuki padang pasir.
“Oriooooooon, cepat!”Teriak Canis dari barisan depan.
“Iya Kepala Suku!” Orion hanya menjawab sekenanya.
Tak lama kemudian Orion mendengar suara yang begitu riuh, datang dari arah selatan, tepat di belakang mereka. Orion yang kala itu tertinggal 7 meter dari barisan Canidae, segera berhenti dan menoleh. ASTAGA! Mereka Strigidae! Salah satu suku terkuat di muka Bumi ini.
Orion panik, mencoba berlari secepat mungkin mendekati barisan paling belakang. Ia setengah teriak,
“Strigidae! Strigidae!”
Para anggota Canidae yang mendengarnya seketika kaget dan takut, mereka berlari lebih cepat. Hingga akhirnya Canis di barisan paling depan mendengar berita itu.
“SEMUANYAAAAA AYOOO BERLARI LEBIH CEPAT....” Perintah Canis.
Youngi, sahabat terdekat Orion, memelankan langkahnya, ia mencari Orion di barisan paling belakang.
“Orion! Ayo!!” Ia berteriak meskipun tak tahu Orion dimana.
Youngi menghentakkan kakinya kesal, sebab Orion tidak menjawabnya. Keadaan semakin riuh dan semua orang hanya fokus pada dirinya sendiri, menjauh sejauh-jauhnya dari Strigidae. Youngi akhirnya hanya bisa pasrah dan mengikuti suku-nya, berlari sekencang mungkin.
Sekuat apapun Canidae berlari, Strigidae tetap bisa menyamai langkah mereka. Satu persatu Canidae dibantai, dirampok, dan tak segan di bunuh. Youngi tak ingin melihat kebelakang, meskipun itu adalah Orion, dia harus berlari secepat kilat untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Strigidae, suku yang dikenal sebagai suku perampok, berhenti mengejar Canidae setelah puas dengan hasil buruannya hari ini. Sekitar 19 anggota suku Canidae ditembak mati, namun ada satu yang luput. Orion. Ia berpura-pura mati, tak bergerak sedikitpun, sampai suku Strigidae pergi.
Ketika Orion merasa sudah aman, ia bangun dari mati pura-puranya. Dan ia hanya bisa menangis.
Dilihat sekelilingnya hanya ada pasir, pasir dan pasir. Ia tidak tahu harus kemana.
Ia menangis sejadi-jadinya, menenggelamkan wajahnya dalam tangkupan tangannya.
“Kau tak apa?” Tanya seseorang.
Orion seketika mendongak, asing dengan suaranya. Ketika matanya terbuka lebar, ia melihat anak perempuan Strigidae sedang berdiri di hadapannya dengan memegang se-ekor burung hantu, lambang suku mereka.
“Darimana kamu?” Tanya Orion panik.
“Entahlah...” Ia mengelus burung hantu yang kini berpindah ke pundaknya.
 “Apa? Mana mungkin!”
“Aku.. lapar....”
“Jangan! Aku tidak punya apa-apa lagi, jangan, jangan bunuh aku! ” Orion berusaha menjauh meskipun masih terseok diatas pasir, namun perempuan itu terus mendekatinya.
“Suku apa kamu?”
“Canidae, suku serigala!”
“Orion...”
“Dari mana kamu tahu namaku!?” Orion meledak-ledak, keringatnya bercucuran membasahi seluruh wajahnya.
“Menebak.” Ucap perempuan itu, lalu tersenyum.
Orion mendengus, berusaha bangkit dan berjalan menjauh.
“Orion!” Panggil perempuan itu.
“Tolong lepaskan aku! kalau suku mu tahu aku masih hidup, aku akan dibunuh!”
“Aku lapar..”
“Aku tidak peduli!”
“Tapi hanya ada aku dan kamu..”
“Aku tidak peduli! Aku mau mencari kawananku! Tolong lepaskan aku!”
“Aku juga ingin mencari kawananku! Ayo mencari bersama!”
“Kamu gila ya?”
“Bila dari jauh kamu melihat kawananmu, bergabunglah, dan dari jarak puluhan meter aku akan pergi. Bila ternyata itu kawananku, maka kamu juga pergi sebelum terlihat.”
Orion memikirkan tawaran perempuan itu.
“Jalan sendirian, tidak mengasyikkan...” ucap perempuan itu lagi agar Orion menerima tawarannya.
“Aku tidak punya kompas, bahkan jejak pada pasir telah tertimbun pasir lagi. Jika kita jalan berdua, kamu akan lebih dari jauh kawananmu ketika kawananku sudah dekat, dan sebaliknya. bahkan Kita bisa saja tidak menemukan suku kita, kamu tahu itu kan?” Jawab Orion.
“kita buat suku baru.”
“APA?!”
“Tapi setidaknya, ayo kita cari dulu. Ku mohon, aku tidak ingin sendiri.”
“Bodoh!”
Orion berjalan, dan perempuan itu mengikutinya dari belakang. Orion berjalan sesuai kata hatinya, namun perempuan itu selalu mengatakan bahwa jalan yang dilalui Orion salah. Mereka kembali ke titik awal, memulai berjalan lagi. Beberapa kali mereka istirahat, sekedar untuk minum, atau memakan roti tawar milik Orion.
Sesekali Orion membentak anak perempuan itu sebab selalu mengoreksi arah perjalanan mereka, namun si Strigidae tak menggubris bentakan Orion dan tetap mengatakan bahwa Orion mengambil jalan yang salah. Tapi seuatu ketika Orion hanya mengikuti ucapan perempuan itu, karenanya mereka menemukan genangan air dan dan beberapa pohon, tanda mereka telah melewati padang pasir.
Ketika malam datang lagi, mereka istirahat. Merebahkan tubuh mereka diatas rumput yang hijau, dan yang terlihat sejauh mata memandang hanyalah hamparan langit malam penuh bintang.
“Orion, apa kamu pernah dengar, pernikahan antar suku yang berbeda?” Tanya perempuan itu tanpa menolehkan pandangannya dari langit.
“Tidak pernah ada kasus seperti itu....”
“Lalu Orion, kamu merasa normal ketika kamu hanya bisa menyukai sukumu?”
“Sangat Normal... suku lain memiliki kepercayaan yang berbeda.”
“Orion...ka—“
“Kenapa kamu sangat suka memanggil namaku?” Potong Orion.
“Karena suku ku tidak memberikan nama pada kami... “
“Mustahil.”
Mereka terdiam beberapa saat.
Perempuan itu menutup matanya, lalu bergumam, “Kamu bahkan tidak tahu namaku..”
“Tidak penting...” Jawab Orion pelan.
“Orion... aku menyukaimu.”
Orion terkejut. Ia langsung bangun dari tidurnya dan menatap perempuan itu.
“Tapi aku tahu... kita beda suku... jadi tenanglah... rasa suka ku tidak berarti apa-apa.”
Orion masih diam.
Sejurus kemudian terdengar suara langkah kaki, kaki yang begitu banyak. Orion mencari sumber suara itu, dan saat ia melihat salah satu kawanan itu memiliki ekor seperti dirinya, wajahnya langsung berubah menjadi sumringah.
“Kawananku! Itu kawananku!” Orion menunjuk ke arah pohon ceri, memperlihatkan kawanannya, perempuan itu tersenyum.
Namun ekspresi Orion langsung berubah ketika melihat anak perempuan Strigidae itu meneteskan air mata.
“Ah.. aku bisa... menemanimu sampai kamu menemukan suku mu... tidak apa-apa..” Ucap Orion.
“Bukan itu.”
“Lalu?”
“Aku senang.... kamu akhirnya bertemu suku mu lagi.”
“Ah.......”
“Aku akan mencari suku ku. Tenanglah, aku akan baik-baik saja.”
“Ta.. tapi.. kamu yakin?”
“Iya.”
“ah... atau cobalah bergabung dengan sukuku, siapa tau kamu bisa masuk....ke.. sukuku.... dan rasa sukamu... jadi berarti...”
“Aku tidak akan pernah memiliki ekor, Orion.” Perempuan itu berusaha tersenyum. “Aku punya sayap.”
Strigidae kecil lalu berdiri tegap, melebarkan sayap-sayap coklatnya di depan Orion. Orion membuka matanya lebar-lebar, terkejut tidak menyangka akan seindah itu. Sangat besar, terasa kuat, terasa aman.... terasa sangat gagah.
“Ka... kamu.... “
“Cepat kembali ke sukumu, aku akan mencari suku ku.” Ucap Perempuan itu.
Orion masih tak bergerak. Matanya berkaca-kaca. Sampai ia mendengar teriakan Youngi. “Orion! Apakah itu kamu?! Orion!!”
Perempuan itu mulai mengepakkan sayapnya pelan,
 Terimakasih
Lalu Ia terbang di tengah gelap gulita malam.
Sampai sekarang, Orion selalu bertanya-tanya, mengapa?
***
Anak perempuan Strigidae itu telah lama menguntit Orion. Ia terbang kesana kemari mengikuti kawanan Canidae. Ia tahu Orion, sebab ketua suku Canidae selalu meneriaki namanya akibat Orion lamban. Saat sukunya menyerang Canidae, perempuan itu hanya bisa bersembunyi di balik langit gelap. dan dari langit yang begitu tinggi, ia melihat arah Canidae berlari.
Setelah pertimbangan yang begitu kalut, Ia memutuskan untuk menampakkan dirinya di depan Orion.
Berpura-pura sayap anggota Strigidae itu hanya hiasan.
Agar ia bisa berjalan, di samping Orion.
Dan menunjukkan arah yang benar, agar Orion bisa kembali pada sukunya.
Meskipun anak perempuan itu, tahu
Sekeras apapun ia mencoba, Ia tidak bisa bersama Orion.
Hanya bisa menatap Orion
Lelaki suku Canidae yang lamban tapi menggemaskan
Perasaannya tidak berarti
Sebab ia adalah Strigidae
Dan kembali pada suku masing-masing
Adalah pilihan yang tepat.
***
 “Ah... saat terbang mengelilingi langit malam, aku selalu berpikir. Jika aku terlahir kembali, aku akan memilih suku yang sama dengan Orion. Atau, Orion yang memilih suku yang sama denganku.”
Tapi, bagaimana jika tidak terlahir kembali?
“Ah itu, aku serahkan saja pada waktu. Biarkan ia menentukan takdir kami.”

Jumat, 24 Januari 2020

KADO KECIL


Ketika kita masih muda, masih berumur belasan, kamu sering mengajakku keluar kamar untuk nongkrong. Bersama kretek murah, kita berangkat dengan sebuah lagu. Gitar, matahari terbenam, korek api, seperti menjadi teman setia setiap perjalanan ini. meskipun tidak ada tujuan jelas, tapi motor tetap melaju menembus asap polutan kota.
Waktu itu, kamu bilang kita masih bodoh, tak tahu apa-apa. Yang perlu kita lakukan hanyalah berbahagia, menuang air orang tua, bersulang lalu teguk sampai habis. Bercerita ngalor-ngidul, tertawa sampai batuk, bahkan sampai lupa jalan pulang. Meski mata tak bisa berbohong, tapi malam tetap menemani. Di sela-sela hati ini, tersimpan harapan yang amat besar untuk masa depan. Namun ada hal-hal yang belum bisa kita capai sekarang, katamu. Dan uang adalah salah satunya.
Aku masih ingat, vespa tuamu.... lebih banyak di bengkel daripada di jalanan. Rodanya berputar pelan, seraya kamu menunjuk setiap bangunan yang kita lewati. Seakan kamu tuan rumah atas bangunan itu, kamu jelaskan itu apa, berserta semua cerita didalamnya. Aku terkekeh saja, sambil mengejekmu, sebab lebih paham bangunan daripada wanita.
Tahukah kamu, harapan dan mimpi-mimpiku mengepul ketika kita sedang memasak. Ku makan dengan lahap, berlatih untuk tetap kuat meski hidup tidak seindah itu. sesekali kita jatuh, terpeleset lantai basah, kita tidak menangis, tapi mencoba menertawainya. Ada yang perlu kita pelajari, mengenai arti syukur di hidup ini.
Dan,
Atas semua yang pernah kita lewati, ini hadiah kecil dariku.
untuk
Kita para laki-laki yang sedang hancur.
***
“Ga usah lah. Ga perlu.”
“Sisa minum juga...”
“Capek”
“Lagunya mana?”
“Yang Masak siapa?”
“Oi, pinjem karpet!”
“Kapan ya?”
“Yang kaya aja hehe”
“Ah kan kampang!”
“Sakit...”
“Udahlah”
“dah”
“Mana tangan mu???”
“Dicariin ye?”
“Kucing!”
“Kok Ga ada yah?”
“Sholaaat!!!”
“Waktu waktuuuu”
“Bodoh amat lah”
“Makan dulu sek”
“Yang penting yang sayang aku”
“Bahagia”
Sangat buram, tidak teratur, tapi apa yang kita rasakan begitu jelas. Hanya kita yang mengerti, bagaimana rasanya mengendarai motor sore-sore dipinggir pantai, air mata mengalir dan terbang bersama angin. Rasa sakit yang kita alami hilang bersama deru ombak. Semua ingatan yang harusnya kita miliki, tidak akan pernah lagi kita tunggu. Meskipun akhirnya tersisa aku, tapi aku selalu tegar dan kuat. Kalian memang curang, meninggalkan aku.
Tapi,
Untuk kalian sobat panti asuhan ku, semoga kalian bahagia dengan keluarga baru kalian.
Dan,
Ini kado kecilku untuk kalian,
akhirnya,
aku juga telah menemukan rumahku.
Keluarga baruku.
Aku sangat gembira... Apakah ini rasa yang kalian rasakan?
Oh iya,
Kini aku menetap di Yogyakarta, kalau kalian dimana?

Senin, 20 Januari 2020

TISSA



Kemarin sore langet Yogyakarta sangat mendung, ah, sepertinya tak lama lagi akan hujan deras. Bergegas aku keluar dari kantor, berjalan ke parkiran motor sambil mengacak isi tas ku mencari kunci. Namun belum sampai di parkiran, hujan mulai turun. Gerimis-gerimis lalu mulai deras. Aku berlari mencari bangunan terdekat untuk berteduh. Disanalah ku berjumpa seorang gadis kecil, imut, masih memakai seragam SD. Ia berdiri sambil menatap langit gelap yang sedang menumpahkan air.
Aku tersenyum melihatnya, Ia mengingatkanku kepada anakku yang jauh di kampung. Ku tengok kiri kanan, hm, sepertinya anak ini sendirian. Tak ada bapak atau ibu yang berdiri di dekatnya. Aku mulai berinisiatif mengajaknya ngobrol.
“Halo Dek, namanya siapa?” Tanyaku sambil jongkok, menyesuaikan tinggi badanku dengan badannya yang sangat mungil
“Tissa....” Ucapnya malu-malu.
Aku tersenyum. “Mama atau Papanya mana?” Tanyaku lagi.
Dia terlihat kebingungan dan menggaruk kepalanya.
“Tadi ga bareng Papa atau Mama ya?”
“En... tadi disuruh tunggu disini...”
Aku seketika deg-degan, takut kalau anak ini anak hilang.
“Biasanya Tissa memang disuruh tunggu disini?
Ia menatapku sedih, “Engga...”
“Trus??” Aku tentu saja sangat khawatir.
“Papa bilang, mau pergi bentar... disuruh tunggu disini...”
aku sangat khawatir. Karenanya aku memutuskan untuk menemani anak ini sampai Papanya datang. Aku mencoba mengajaknya ngobrol, bermain sulap, ataupun meminjamkan HP ku selagi menunggu Papanya. Berselang satu jam setelah hujan benar-benar reda, Papanya tak kunjung datang. Aku mulai cemas, sebab haripun mulai gelap.
“Tissa, Tisaa tau tidak nomor HP Papa atau Mama?”
Tissa hanya mengeleng.
“Tante anter pulang aja gimana? Hapal kan rumahnya?”
Tissa terdiam. Lalu beberapa detik kemudian menggelengkan kepalanya.
Aku melihat Tissa mulai pucat, apa belum makan?
“Tissa udah makan belum??”
“Belum...”
Aku kaget. Aku langsung lari ke minimarket dalam kantor yang kebetulan memang tutup jam 10 malam. Ku beli beberapa roti dan air minum. Namun ketika kembali, aku tidak melihat Tissa lagi. Apa Papanya sudah datang menjemput? Atau bagaimana?
Perasaanku jadi tidak karuan. Harusnya tadi ku ajak saja Tisaa ke minimarket. Tapi, aku berdoa semoga saja Tissa benar-benar sudah bersama Papanya.
Aku mencoba melupakan Tissa sejenak, fokus mencari kunci motor lagi, dan pulang. Tapi sebelum aku benar-benar menyalakan mesin motorku, aku memutuskan untuk mencari Tissa di sekitar gedung itu.
Hari mulai gelap, orang-orang juga sudah pulang ke rumahnya masing-masing, sedangkan aku beserta senter HP ku masih sibuk mencari Tissa. Aku memutari gedung itu beberapa kali, pun juga telah ku tanyakan pada satpam terdekat. Tapi tidak ada satu informasi pun mengenai Tissa. Aku mulai takut, jujur, perasaanku tidak enak.
Dengan membaca basmalah, ku mantapkan diriku untuk pulang saja. Mendoakan Tissa, semoga tidak terjadi apa-apa terhadapnya. Di perjalanan pulang, perasaanku gundah. Aku tidak tenang. Namun ketika aku berhenti di perempatan Sudirman, aku melihat anak kecil berjalan sendirian di trotoar. Sontak aku langsung menepi, sebab anak itu sangat mirip Tissa.
“Tissa!!” Teriakku.
Anak itu menoleh, matanya berair, ia sedang menangis.
Aku langsung memeluknya. “Kok ga tunggu tante???”
Tisaa masih menangis.
“Tissa... mau kemana? Tante antar ya??”
“aa.. a..ku..”
Dengan perasaan yang campur aduk, jatung yang berdegub dengan kencang, aku memegang pundak Tissa dan menatapnya dalam-dalam, menunggu kalimat darinya.
“Aku udah mati..............” Tissa menangis kencang.
Kepalaku tiba-tiba pusing. Dan aku langsung pingsan.
***
Aku terbangun, dan inilah kondisiku sekarang. Berada di kantor polisi. Aku mencari tas dan barang berhargaku yang lain. Tapi tidak ada. Kata pak polisi dan saksi, setelah aku jatuh pingsan, seorang lelaki mendatangiku dan mengambil barang-barangku.
Aku menceritakan semua kejadian yang aku alami kemarin. Dan anak kecil bernama Tissa itu, tidak mati, benar-benar hidup. Katanya, ini modus baru pencurian. seharusnya ketika aku mengajak anak itu pulang bareng, anak itu mengiyakan ajakanku dan menunjukkan ke jalanan sepi, sesuai ajaran Bapaknya. Dan di jalan sepi itu lah aku harusnya di rampok. Namun, anak itu menjadi iba ketika melihat foto anakku di handphoneku, sewaktu aku meminjamkannya untuk bermain game. Semuanya berakhir gagal, harusnya. Namun, entah sial atau apa, aku melihatnya di jalanan.
Polisi mengatakan, anak itu mengaku mati agar aku langsung kabur, lari, namun responku ternyata berbeda.
***
aku keluar dari kantor polisi, tidak tahu harus bagaimana. Hanya menunggu proses hukumnya saja. Tissa. Tissa..... Semoga kamu baik-baik saja.

Sabtu, 18 Januari 2020

November Series #4


Menyambut Kepastian

“Jef, gue harus gimana?”
“Gue kan udah bilang, lu harus ngasih kepastian ke dia, Har.”
“Tapi, gue ga punya nyali hubungin dia lagi.”
“Ga usah dihubungin.”
“Trus gimana cara ngasih kepastiannya kalau ga hubungin dia?”
“Sini gue kasih tau,”
***
Pertama kali aku tahu nama dia adalah ‘Sunshine’, aku langsung teringat Hujan. Tanganku kaku dalam jabatan yang berlangsung seperkian detik. Dia tersenyum, sangat ramah, sangat anggun, seakan mengajak aku untuk bergelut dan mencoba merobohkan dinding yang telah lama ku pertahankan. Sebenarnya, aku tidak takut, kalaupun dia sampai tersenyum secantik itu, aku tahu aku tidak akan goyah. Sebab aku telah menemui banyak perempuan, tapi tetap saja aku tidak bisa melupakan Hujan. Tapi, sampai kapan, sampai kapan?
Februari 2018
“Jef, gue harus gimana?” Tanyaku pada Jeffry, teman seperjuangan saat kuliah sekaligus kini menjadi teman kantorku.
Aku bercerita mengenai Hujan, beberapa hari yang lalu aku diberi informasi oleh Firda kalau saat ini Hujan sedang dekat dengan atasannya yang bernama... Bintang? Katanya, Hujan masih belum bisa membuka hatinya untuk Bintang sebab masih teringat oleh aku. Astaga, ternyata... kita sama....
“Gue kan udah bilang, lu harus ngasih kepastian ke dia, Har. Kasian dia, lu juga ga bakal balik.”
“Tapi, gue ga punya nyali hubungin dia lagi.”
“Ga usah dihubungin.”
“Trus gimana cara ngasih kepastiannya kalau ga hubungin dia?”
“Sini gue kasih tau,” Jefrry menatapku tajam.  “Lu ga harus blak-blakan ngomong ke dia kalau sebenarnya lu campakkin dia selama ini karena nyokap dia nelpon lu dan nyuruh lu ninggalin dia. Lu ga harus ngomong kayak gitu karena sama aja lu bakal ngerusak hubungan ibu dan anak. “
Jeffry menghela napas. “Lu kasih dia kepastian dengan cara lu move on. Buka hati untuk cewek lain, nikahin cewek itu. Gue yakin dia mengerti, kalau udah saatnya dia juga harus bisa buka hati untuk cowok lain.”
Mataku berkaca-kaca. Ingin ku tepis apa yang dikatakan oleh Jeffry, namun itu adalah hal terpahit yang benar adanya. Hujan tak pernah tahu alasan mengapa sewaktu kita SMA majalah sekolah tiba-tiba ingin mengangkat rubrik mengenai bulu tangkis. Dan hujan pun tak akan pernah tahu alasan mengapa aku tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Aku yang pertama kali menyukai Hujan dan membuat kesengajaan agar kita bertemu. Aku pula yang pertama kali menangisi hubungan yang tak direstui dan sengaja menghilang agar kita tak bertemu.
“Sunshine, right?” Jeffry mengucapkannya dengan sangat pelan.
Aku kaget. Kenapa tiba-tiba dia? Tapi aku tidak tahu, entahlah, ah,
Aku terdiam.
***
Hujan, aku menenggelamkan diriku pada kesibukan-kesibukan yang membuatku lelah. Berharap pada akhirnya dapat melupakan apa-apa yang berusaha ku hapuskan. Setelah mendapat telepon itu, aku tidak berhenti meyakinkan diriku bahwa aku akan mendapatkan yang lebih baik. Kamupun begitu. Sangat berat untuk ku katakan padamu. Aku berharap waktu membuat lupa dan mati rasa. Tapi ternyata waktu membawa kita pada tanda tanya besar, dan hanya membuat kita semakin jatuh. Semakin membuat aku berharap, apakah ada celah untuk bisa kembali? Apakah bisa?
Hujan, saat ayahmu meninggal, aku sangat ingin kembali ke Jogja, memelukmu hingga kamu merasa tenang. Tapi bagaimana? Hujan, saat kamu meminta berpisah, percayalah aku ingin mengatakan jangan, tapi bagaimana?
***
Agustus 2018
“Yakin ga undang Rainy?”
Aku membeku. Beberapa hari yang lalu ia menelponku... dan... sampai sekarang aku tidak pernah bertanya balik, kenapa?
“A... apakah bisa?” Aku menatap  Shunshine.
“Bisa dong, undang aja.” Kamu tersenyum.
“Tapi, dia tidak mungkin datang.”
“Pasti Datang! Aku mau lihat dia, dan aku mau kamu melepas segala rindumu. Jadi ga ada lagi yang tersisa. Kita bisa memulai cerita kita dengan lembaran baru.”
Aku tersenyum. Shunshine, kamu benar.
***
September 2018
“Kak Firda, apa aku harus datang?” Rainy terlihat sangat pucat, matanya sembab akibat undangan yang sedang ia pegang adalah undangan pernikahan Hari.
“Datang aja Rain, kita datang bareng ya?”
Rainy tersenyum, meski sedetik kemudian air matanya jatuh lagi.
***
Hujan, siapa yang bisa menebak masalah hati? tapi Hujan, membuka kembali hati adalah pilihan.
Hujan, aku ingin terlihat sedemikian jahatnya agar kamu mudah membenci dan memaki. Sehingga, kamu beruntung karena terbebas dari aku.
...
Hujan, kamu sangat kuat.
Hujan, maaf yah.
ah, tidak tahu lagi harus mengatakan apa.
kamu tahu kan kalau aku tidak pernah berkata banyak mengenai hati?
Hujan, mari kita sambut kepastian ini.
Terima kasih atas doa-doa mu.
.
Akhirnya, kita percaya akan bahagia dengan hidup kita masing-masing.
Rainy, semoga Bintang menyinari hari-harimu.

***
Nadin Amizah - Sorai