Menyambut Kepastian
“Jef, gue harus gimana?”
“Gue kan udah bilang, lu harus ngasih kepastian ke dia, Har.”
“Tapi, gue ga punya nyali hubungin dia lagi.”
“Ga usah dihubungin.”
“Trus gimana cara ngasih kepastiannya kalau ga hubungin dia?”
“Sini gue kasih tau,”
***
Pertama kali aku tahu
nama dia adalah ‘Sunshine’, aku langsung teringat Hujan. Tanganku kaku dalam
jabatan yang berlangsung seperkian detik. Dia tersenyum, sangat ramah, sangat
anggun, seakan mengajak aku untuk bergelut dan mencoba merobohkan dinding yang
telah lama ku pertahankan. Sebenarnya, aku tidak takut, kalaupun dia sampai
tersenyum secantik itu, aku tahu aku tidak akan goyah. Sebab aku telah menemui
banyak perempuan, tapi tetap saja aku tidak bisa melupakan Hujan. Tapi, sampai
kapan, sampai kapan?
Februari 2018
“Jef, gue harus gimana?”
Tanyaku pada Jeffry, teman seperjuangan saat kuliah sekaligus kini menjadi
teman kantorku.
Aku bercerita mengenai
Hujan, beberapa hari yang lalu aku diberi informasi oleh Firda kalau saat ini
Hujan sedang dekat dengan atasannya yang bernama... Bintang? Katanya, Hujan
masih belum bisa membuka hatinya untuk Bintang sebab masih teringat oleh aku. Astaga,
ternyata... kita sama....
“Gue kan udah bilang, lu
harus ngasih kepastian ke dia, Har. Kasian dia, lu juga ga bakal balik.”
“Tapi, gue ga punya nyali
hubungin dia lagi.”
“Ga usah dihubungin.”
“Trus gimana cara ngasih
kepastiannya kalau ga hubungin dia?”
“Sini gue kasih tau,”
Jefrry menatapku tajam. “Lu ga harus
blak-blakan ngomong ke dia kalau sebenarnya lu campakkin dia selama ini karena
nyokap dia nelpon lu dan nyuruh lu ninggalin dia. Lu ga harus ngomong kayak
gitu karena sama aja lu bakal ngerusak hubungan ibu dan anak. “
Jeffry menghela napas.
“Lu kasih dia kepastian dengan cara lu move on. Buka hati untuk cewek lain,
nikahin cewek itu. Gue yakin dia mengerti, kalau udah saatnya dia juga harus
bisa buka hati untuk cowok lain.”
Mataku berkaca-kaca.
Ingin ku tepis apa yang dikatakan oleh Jeffry, namun itu adalah hal terpahit
yang benar adanya. Hujan tak pernah tahu alasan mengapa sewaktu kita SMA
majalah sekolah tiba-tiba ingin mengangkat rubrik mengenai bulu tangkis. Dan
hujan pun tak akan pernah tahu alasan mengapa aku tiba-tiba menghilang tanpa
jejak. Aku yang pertama kali menyukai Hujan dan membuat kesengajaan agar kita
bertemu. Aku pula yang pertama kali menangisi hubungan yang tak direstui dan
sengaja menghilang agar kita tak bertemu.
“Sunshine, right?” Jeffry
mengucapkannya dengan sangat pelan.
Aku kaget. Kenapa
tiba-tiba dia? Tapi aku tidak tahu, entahlah, ah,
Aku terdiam.
***
Hujan, aku menenggelamkan
diriku pada kesibukan-kesibukan yang membuatku lelah. Berharap pada akhirnya
dapat melupakan apa-apa yang berusaha ku hapuskan. Setelah mendapat telepon
itu, aku tidak berhenti meyakinkan diriku bahwa aku akan mendapatkan yang lebih
baik. Kamupun begitu. Sangat berat untuk ku katakan padamu. Aku berharap waktu
membuat lupa dan mati rasa. Tapi ternyata waktu membawa kita pada tanda tanya
besar, dan hanya membuat kita semakin jatuh. Semakin membuat aku berharap,
apakah ada celah untuk bisa kembali? Apakah bisa?
Hujan, saat ayahmu
meninggal, aku sangat ingin kembali ke Jogja, memelukmu hingga kamu merasa
tenang. Tapi bagaimana? Hujan, saat kamu meminta berpisah, percayalah aku ingin
mengatakan jangan, tapi bagaimana?
***
Agustus 2018
“Yakin ga undang Rainy?”
Aku membeku. Beberapa
hari yang lalu ia menelponku... dan... sampai sekarang aku tidak pernah
bertanya balik, kenapa?
“A... apakah bisa?” Aku
menatap Shunshine.
“Bisa dong, undang aja.”
Kamu tersenyum.
“Tapi, dia tidak mungkin
datang.”
“Pasti Datang! Aku mau
lihat dia, dan aku mau kamu melepas segala rindumu. Jadi ga ada lagi yang tersisa.
Kita bisa memulai cerita kita dengan lembaran baru.”
Aku tersenyum. Shunshine,
kamu benar.
***
September 2018
“Kak Firda, apa aku harus
datang?” Rainy terlihat sangat pucat, matanya sembab akibat undangan yang
sedang ia pegang adalah undangan pernikahan Hari.
“Datang aja Rain, kita
datang bareng ya?”
Rainy tersenyum, meski
sedetik kemudian air matanya jatuh lagi.
***
Hujan, siapa yang bisa
menebak masalah hati? tapi Hujan, membuka kembali hati adalah pilihan.
Hujan, aku ingin terlihat
sedemikian jahatnya agar kamu mudah membenci dan memaki. Sehingga, kamu
beruntung karena terbebas dari aku.
...
Hujan, kamu sangat kuat.
Hujan, maaf yah.
ah, tidak tahu lagi harus mengatakan apa.
kamu tahu kan kalau aku tidak pernah berkata banyak mengenai hati?
Hujan, mari kita sambut kepastian ini.
Terima kasih atas doa-doa mu.
.
Akhirnya, kita percaya akan bahagia dengan hidup kita masing-masing.
Rainy, semoga Bintang menyinari hari-harimu.
***
Nadin Amizah - Sorai
Tidak ada komentar :
Posting Komentar