Gadis Kecil yang suka merangkai kata
Blogaholic Designs”=

Followers

Yang Nyangkut :D

SURE!

SURE!

Sabtu, 14 Maret 2020

WOLF AND OWL


Suku Canidae berlari menuju padang pasir. Di bawah sinar rembulan, Canis, ketua Canidae memandu anggotanya untuk bergerak menyeberang padang pasir sebelum matahari terbit. Namun Orion, salah satu anggota terlemah berjalan sangat lambat di belakang barisan. Orion memikul tas yang begitu berat, pundaknya membungkuk, tangan kirinya bertopang pada tongkat kayu yang Ia pungut di jalan sebelum memasuki padang pasir.
“Oriooooooon, cepat!”Teriak Canis dari barisan depan.
“Iya Kepala Suku!” Orion hanya menjawab sekenanya.
Tak lama kemudian Orion mendengar suara yang begitu riuh, datang dari arah selatan, tepat di belakang mereka. Orion yang kala itu tertinggal 7 meter dari barisan Canidae, segera berhenti dan menoleh. ASTAGA! Mereka Strigidae! Salah satu suku terkuat di muka Bumi ini.
Orion panik, mencoba berlari secepat mungkin mendekati barisan paling belakang. Ia setengah teriak,
“Strigidae! Strigidae!”
Para anggota Canidae yang mendengarnya seketika kaget dan takut, mereka berlari lebih cepat. Hingga akhirnya Canis di barisan paling depan mendengar berita itu.
“SEMUANYAAAAA AYOOO BERLARI LEBIH CEPAT....” Perintah Canis.
Youngi, sahabat terdekat Orion, memelankan langkahnya, ia mencari Orion di barisan paling belakang.
“Orion! Ayo!!” Ia berteriak meskipun tak tahu Orion dimana.
Youngi menghentakkan kakinya kesal, sebab Orion tidak menjawabnya. Keadaan semakin riuh dan semua orang hanya fokus pada dirinya sendiri, menjauh sejauh-jauhnya dari Strigidae. Youngi akhirnya hanya bisa pasrah dan mengikuti suku-nya, berlari sekencang mungkin.
Sekuat apapun Canidae berlari, Strigidae tetap bisa menyamai langkah mereka. Satu persatu Canidae dibantai, dirampok, dan tak segan di bunuh. Youngi tak ingin melihat kebelakang, meskipun itu adalah Orion, dia harus berlari secepat kilat untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Strigidae, suku yang dikenal sebagai suku perampok, berhenti mengejar Canidae setelah puas dengan hasil buruannya hari ini. Sekitar 19 anggota suku Canidae ditembak mati, namun ada satu yang luput. Orion. Ia berpura-pura mati, tak bergerak sedikitpun, sampai suku Strigidae pergi.
Ketika Orion merasa sudah aman, ia bangun dari mati pura-puranya. Dan ia hanya bisa menangis.
Dilihat sekelilingnya hanya ada pasir, pasir dan pasir. Ia tidak tahu harus kemana.
Ia menangis sejadi-jadinya, menenggelamkan wajahnya dalam tangkupan tangannya.
“Kau tak apa?” Tanya seseorang.
Orion seketika mendongak, asing dengan suaranya. Ketika matanya terbuka lebar, ia melihat anak perempuan Strigidae sedang berdiri di hadapannya dengan memegang se-ekor burung hantu, lambang suku mereka.
“Darimana kamu?” Tanya Orion panik.
“Entahlah...” Ia mengelus burung hantu yang kini berpindah ke pundaknya.
 “Apa? Mana mungkin!”
“Aku.. lapar....”
“Jangan! Aku tidak punya apa-apa lagi, jangan, jangan bunuh aku! ” Orion berusaha menjauh meskipun masih terseok diatas pasir, namun perempuan itu terus mendekatinya.
“Suku apa kamu?”
“Canidae, suku serigala!”
“Orion...”
“Dari mana kamu tahu namaku!?” Orion meledak-ledak, keringatnya bercucuran membasahi seluruh wajahnya.
“Menebak.” Ucap perempuan itu, lalu tersenyum.
Orion mendengus, berusaha bangkit dan berjalan menjauh.
“Orion!” Panggil perempuan itu.
“Tolong lepaskan aku! kalau suku mu tahu aku masih hidup, aku akan dibunuh!”
“Aku lapar..”
“Aku tidak peduli!”
“Tapi hanya ada aku dan kamu..”
“Aku tidak peduli! Aku mau mencari kawananku! Tolong lepaskan aku!”
“Aku juga ingin mencari kawananku! Ayo mencari bersama!”
“Kamu gila ya?”
“Bila dari jauh kamu melihat kawananmu, bergabunglah, dan dari jarak puluhan meter aku akan pergi. Bila ternyata itu kawananku, maka kamu juga pergi sebelum terlihat.”
Orion memikirkan tawaran perempuan itu.
“Jalan sendirian, tidak mengasyikkan...” ucap perempuan itu lagi agar Orion menerima tawarannya.
“Aku tidak punya kompas, bahkan jejak pada pasir telah tertimbun pasir lagi. Jika kita jalan berdua, kamu akan lebih dari jauh kawananmu ketika kawananku sudah dekat, dan sebaliknya. bahkan Kita bisa saja tidak menemukan suku kita, kamu tahu itu kan?” Jawab Orion.
“kita buat suku baru.”
“APA?!”
“Tapi setidaknya, ayo kita cari dulu. Ku mohon, aku tidak ingin sendiri.”
“Bodoh!”
Orion berjalan, dan perempuan itu mengikutinya dari belakang. Orion berjalan sesuai kata hatinya, namun perempuan itu selalu mengatakan bahwa jalan yang dilalui Orion salah. Mereka kembali ke titik awal, memulai berjalan lagi. Beberapa kali mereka istirahat, sekedar untuk minum, atau memakan roti tawar milik Orion.
Sesekali Orion membentak anak perempuan itu sebab selalu mengoreksi arah perjalanan mereka, namun si Strigidae tak menggubris bentakan Orion dan tetap mengatakan bahwa Orion mengambil jalan yang salah. Tapi seuatu ketika Orion hanya mengikuti ucapan perempuan itu, karenanya mereka menemukan genangan air dan dan beberapa pohon, tanda mereka telah melewati padang pasir.
Ketika malam datang lagi, mereka istirahat. Merebahkan tubuh mereka diatas rumput yang hijau, dan yang terlihat sejauh mata memandang hanyalah hamparan langit malam penuh bintang.
“Orion, apa kamu pernah dengar, pernikahan antar suku yang berbeda?” Tanya perempuan itu tanpa menolehkan pandangannya dari langit.
“Tidak pernah ada kasus seperti itu....”
“Lalu Orion, kamu merasa normal ketika kamu hanya bisa menyukai sukumu?”
“Sangat Normal... suku lain memiliki kepercayaan yang berbeda.”
“Orion...ka—“
“Kenapa kamu sangat suka memanggil namaku?” Potong Orion.
“Karena suku ku tidak memberikan nama pada kami... “
“Mustahil.”
Mereka terdiam beberapa saat.
Perempuan itu menutup matanya, lalu bergumam, “Kamu bahkan tidak tahu namaku..”
“Tidak penting...” Jawab Orion pelan.
“Orion... aku menyukaimu.”
Orion terkejut. Ia langsung bangun dari tidurnya dan menatap perempuan itu.
“Tapi aku tahu... kita beda suku... jadi tenanglah... rasa suka ku tidak berarti apa-apa.”
Orion masih diam.
Sejurus kemudian terdengar suara langkah kaki, kaki yang begitu banyak. Orion mencari sumber suara itu, dan saat ia melihat salah satu kawanan itu memiliki ekor seperti dirinya, wajahnya langsung berubah menjadi sumringah.
“Kawananku! Itu kawananku!” Orion menunjuk ke arah pohon ceri, memperlihatkan kawanannya, perempuan itu tersenyum.
Namun ekspresi Orion langsung berubah ketika melihat anak perempuan Strigidae itu meneteskan air mata.
“Ah.. aku bisa... menemanimu sampai kamu menemukan suku mu... tidak apa-apa..” Ucap Orion.
“Bukan itu.”
“Lalu?”
“Aku senang.... kamu akhirnya bertemu suku mu lagi.”
“Ah.......”
“Aku akan mencari suku ku. Tenanglah, aku akan baik-baik saja.”
“Ta.. tapi.. kamu yakin?”
“Iya.”
“ah... atau cobalah bergabung dengan sukuku, siapa tau kamu bisa masuk....ke.. sukuku.... dan rasa sukamu... jadi berarti...”
“Aku tidak akan pernah memiliki ekor, Orion.” Perempuan itu berusaha tersenyum. “Aku punya sayap.”
Strigidae kecil lalu berdiri tegap, melebarkan sayap-sayap coklatnya di depan Orion. Orion membuka matanya lebar-lebar, terkejut tidak menyangka akan seindah itu. Sangat besar, terasa kuat, terasa aman.... terasa sangat gagah.
“Ka... kamu.... “
“Cepat kembali ke sukumu, aku akan mencari suku ku.” Ucap Perempuan itu.
Orion masih tak bergerak. Matanya berkaca-kaca. Sampai ia mendengar teriakan Youngi. “Orion! Apakah itu kamu?! Orion!!”
Perempuan itu mulai mengepakkan sayapnya pelan,
 Terimakasih
Lalu Ia terbang di tengah gelap gulita malam.
Sampai sekarang, Orion selalu bertanya-tanya, mengapa?
***
Anak perempuan Strigidae itu telah lama menguntit Orion. Ia terbang kesana kemari mengikuti kawanan Canidae. Ia tahu Orion, sebab ketua suku Canidae selalu meneriaki namanya akibat Orion lamban. Saat sukunya menyerang Canidae, perempuan itu hanya bisa bersembunyi di balik langit gelap. dan dari langit yang begitu tinggi, ia melihat arah Canidae berlari.
Setelah pertimbangan yang begitu kalut, Ia memutuskan untuk menampakkan dirinya di depan Orion.
Berpura-pura sayap anggota Strigidae itu hanya hiasan.
Agar ia bisa berjalan, di samping Orion.
Dan menunjukkan arah yang benar, agar Orion bisa kembali pada sukunya.
Meskipun anak perempuan itu, tahu
Sekeras apapun ia mencoba, Ia tidak bisa bersama Orion.
Hanya bisa menatap Orion
Lelaki suku Canidae yang lamban tapi menggemaskan
Perasaannya tidak berarti
Sebab ia adalah Strigidae
Dan kembali pada suku masing-masing
Adalah pilihan yang tepat.
***
 “Ah... saat terbang mengelilingi langit malam, aku selalu berpikir. Jika aku terlahir kembali, aku akan memilih suku yang sama dengan Orion. Atau, Orion yang memilih suku yang sama denganku.”
Tapi, bagaimana jika tidak terlahir kembali?
“Ah itu, aku serahkan saja pada waktu. Biarkan ia menentukan takdir kami.”