Your
Love Your Flowers
Kita
melambangkan cinta kita dengan sebuah bunga. Bunga yang harum nan indah. Mawar namanya.
Kau bilang, kau sangat menyukai mawar. Kau bilang, Mawar adalah tumbuhan paling
indah yang pernah ada. Sama seperti denganku, yang kau bilang akulah manusia paling
indah yang pernah kau kenal.
Sejak
awal hubungan kita, kau telah memiliki puluhan tumbuhan itu di pekarangan
rumahmu. Cukup aneh, kau lelaki yang sangat cinta dengan bunga. Saking banyaknya,
kau tidak perlu lagi membeli bunga di toko untukku, cukup memotong tangkai yang
telah berbunga. Katamu ini special, katamu aku harus menjaganya.
Ceritamu
tentang merawat bunga mawar membuatku terkesima. Kau menarikku untuk mengenal
hoby baru. Kau menjelaskan beberapa macam bunga mawar, cara merawatnya, menceritakan
ketika telah berbunga, bercerita saat layu ditelan kekeringan, dan semua hal
yang menurutmu menarik.
Dan saat
itu aku memutuskan akan merawat satu tumbuhan mawar di pekarangan rumah. Kau juga
begitu mendukungku, kau bilang bunga pertama dari mawar itu harus ku berikan
padanmu. Yah, itulah caramu agar aku serius merawat mawar itu.
Bibit
pertama yang kau beri tidak berhasil. Sekitar satu bulan mawar itu tidak ada
peningkatan. Tidak tumbuh. Kau tidak marah, katamu tidak apa-apa bagi pemula. Aku
lalu mencoba untuk kedua kalinya dengan bibit yang kau beri lagi padaku. Kali ini,
katamu mawar yang cukup mudah dirawat.
“Sa,
Bagaimana bunga mawarmu? Ada peningkatan?” Tanyamu setelah mendapatiku keluar
dari kelas, habis kuliah.
“Peningkatan
ada.. jadi lebih tinggi doang.”
“Hanya
lebih tinggi? Padahal sudah hampir tiga bulan loh…”
“Berarti
gagal lagi dong?”
Kau menghela
nafas melihatku sedikit sedih. “Tidak apa.. aku masih punya bibit kok.” Katamu
pelan.
Aku mengangguk.
Sesampai dirumah, mawar yang tidak kunjung berbunga itu tidak ku buang. Hanya ku
pindahkan ke tempat yang tidak terlihat. Bibit yang telah diberikan oleh Kamal
untuk ketiga kalinya ku tanam di polypot. Aku mencari cara agar tumbuhan mawar
itu bisa berbunga.
***
Sinarnya
begitu silau, terasa aku baru bangun dari sekian lama tidurku. Kulihat kalender
dekat pintu kamarku. 28-09-2012. Masih teringat jelas saat aku mulai tertarik
untuk menanam mawar. Sekitar lima bulan yang lalu.
Kubuka
tirai jendela kamar yang langsung tertuju pada pekarangan rumah. Sedikit melirik
ke kanan, aku sudah dapat melihat dua pot yang berisikan tanaman mawar. Satu berwarna
putih, dan satunya merah.
Sudah
lama tumbuhan itu berbunga, bahkan sudah ada yang layu. Perasaan aku sudah
malas-malasan untuk merawatnya. Tapi tetap saja berbunga.
Semakin
aku memandang mawar-mawar itu, semakin aku teringat pada Kamal. Seseorang yang
begitu menyukai mawar, orang yang kujanjikan untuk ku beri mawar, tapi telah
hilang sebelum mawar-mawarku berbunga.
Kini
bunganya sia-sia. Aku tidak sempat memperlihatkan hasil kerja kerasku. Jujur saja,
bunga itu begitu sakit. Bunga itulah yang membuatku tidak dapat melupakan
Kamal.
Orang
yang pergi meninggalkan Indonesia, mengejar cita-citanya di Singapura, dan
membiarkan mawar-mawarnya layu tak terawat. Jangankan bunganya yang katanya
sangat ia cunta, akupun tidak kau fikirkan. Kau pergi begitu saja dengan
perasaan yang tak jelas.
Setiap
ku lewati rumahmu, aku menyempatkan untuk singgah dengan membawa dua botol besar
berisikan air. Pagarmu tidak pernah kau kunci, memudahkan aku masuk dengan
mudahnya. Jika telah sampai, segera ku siram bunga bunga itu agar tidak sepenuhnya
mati. Kenapa?
Karena
kau bilang “Kita melambangkan cinta kita dengan dengan sebuah bunga. Mawar
namanya.”
Aku juga
masih ingat, saat kau berkata “Selama Mawarku masih berbunga, berarti aku masih
mencintaimu.”