Gadis Kecil yang suka merangkai kata
Blogaholic Designs”=

Followers

Yang Nyangkut :D

SURE!

SURE!

Sabtu, 27 Juni 2015

K.U.C.I.N.G


Aku pernah bilang, aku akan sangat mencintai orang yang suka dengan kucing. Besoknya, kamu mengajakku ke sebuah taman sakura yang menjadi rumah banyak kucing. Kamu tahu aku sangat takut dengan kucing sehingga sesekali kamu memanggil kucing dan sengaja menjahiliku. Seketika aku bersembunyi di belakang pundakmu. Karenanya, Aku bisa mencium aroma parfummu yang begitu wangi. Mungkin kamu sangat suka saat aku ketakutan dan memegang erat pundakmu dari belakang, tapi percayalah aku sangat benci keadaan saat itu.
Aku memang pernah bilang, aku akan sangat mencintai orang yang suka dengan kucing. Kamu, orang yang sangat suka dengan kucing dan mampu membuatku terpana. Tapi, disitulah masalahnya.
***

Selasa, 23 Oktober 2012
“Hari kamis sudah ke Makassar lagi ya?” Tanya Yura.
Yura mengangkat sebuah nampan kecil ke meja bundar di depan Esa. Uap dari segelas cangkir kecil berisikan teh hangat membuat Esa tersadar.
 Yura tersenyum manis, “Minum dulu.”
Esa mengangguk. Dengan pelan ia mengangkat cangkir warna merah itu mendekati bibirnya yang pucat. Setelah meneguk setengah isi dari teh tersebut, Esa menyandarkan punggungnya di sofa berbulu milik Yura.
“Aku sudah capek pulang balik ke Makassar. Harusnya dia tahu kalau aku punya banyak kerjaan disini.” Jawab Esa.
Yura hanya diam. Yura tahu kalau Esa lebih dibutuhkan di kota Makassar daripada tinggal di negara pohon sakura ini. Tapi ada sesuatu yang membuat Yura sulit melepas Esa. Ada sesuatu yang belum tersempaikan kepada Esa.
“Sa, kapan balik ke Jepang?” Tanya Yura berhati-hati.
Esa menatap Yura dengan sebuah senyuman kecil di bibirnya. “Pasti akan kembali. Tapi aku harus ke Singapore dulu menengok kekasihku.”
Seketika Yura menundukkan kepala. Matanya yang sipit mulai berkaca-kaca. Tanpa sadar Yura memukul dadanya pelan. Ada sesuatu yang belum Yura sampaikan sebelum Esa pulang. Ada sesuatu yang harus Esa tahu.
“Yura, kalau begitu aku pulang dulu yah. Aku harus membeli oleh-oleh untuk keluargaku.” Kumis tipis Esa melekuk membentuk senyuman yang mengikut di bibirnya, “Terima kasih untuk semuanya.”
“Kau memang patut berterima kasih.” Ucap Yura.
“Jangan menangis. Aku akan kembali ke Jepang.” Esa bangkit dari sofa dan memeluk pelan tubuh mungil Yura.
Esa melonggarkan pelukan dan mengeluarkan secarik kertas dari kantong jaketnya. “Baca ini ketika kau harus berkunjung ke Makassar.”
“Panduan tempat rekreasi di Makassar?” Canda Yura.
Esa menyengir “Lebih dari itu.”
Yura mengangguk, membuat Esa tersenyum sekali lagi... dan lagi.
***

Minggu, 28  Oktober 2012
Yura menatap keluar jendela kamarnya. Langit sudah gelap, tanpa ada bintang. Satu-satunya obyek yang membuat Yura tetap menatap keluar jendela adalah pohon sakura milik tetangganya. Pohon sakura yang sudah tumbuh besar. Yura memperkirakan pohon itu sebesar pohon Sakura yang ada di taman selatan kota Tokyo.
Taman yang dipenuhi dengan kucing. Kucing yang lucu tapi tetap saja kucing itu membuat Yura takut. Satu-satunya alasan Yura ingin ke taman itu adalah Esa. Hanya Esa.
Yura menatap jam digital yang terpasang di tangannya. Sudah menunjukkan pukul dua pagi tapi mata Yura belum bisa tertutup. Mungkin matanya rindu melihat sosok Esa yang sudah tiga hari tak berada di Jepang. Atau mungkin matanya rindu melihat malam tanpa bintang bersama Esa.
***

Jumat, 2 Nopember 2012
Esa turun dari pesawat. Ia menyebar pandangannya. Tadinya dia berada di Makassar tapi sekarang sudah berada di tempat ini. Untuk kesekian kalinya bandara ini mampu membuat jantung Esa berdegup dengan kencang. Disinilah Esa sekarang, Singapore.
“Kamu baik-baik saja?” Tanya Ayah tepat di telinga Esa.
Esa hanya mengangguk. Ia mengikut saja kemanapun Ayahnya membawanya. Mama dan semua saudara Esa berjalan disamping Esa. Esa tahu kalau kekasihnya itu sangat senang bila ia membawa seluruh keluarganya. Mungkin agar tidak ada rasa khawatir lagi. Semua sudah ada disini.
Esa melirik handphone yang dipegangnya. Yura belum menelpon sampai saat ini. Apa pentingnya Esa buat Yura? Pikir Esa. Esa hanya bisa tersenyum dan tahu kalau dia tidak boleh mencintai Yura.
***

Senin, 5 Nopember 2012
Handphone Yura berdering kencang. Sebuah pesan dari Esa tertulis di layar. Tanpa menunggu lama Yura langsung meninggalkan cucian piringnya dan mengambil handphone itu di meja makannya.
“Pesan dari Esa?”
Yura membuka pesan itu.
Yura, km baik2 aja kan?
Kok ga pernah nelpon sih? Btw skrg Aku sdh sma kekasihku. Kekasihku tambah bawel, nyuruh ini nyuruh itu. Andai km ad disni, aku pengen dibawain kucing biar aku berani sama kucing!
Merk parfum km apasih? Baunya wangi bgt. Aku jg pengen nyuruh kekasih aku pke parfum itu. Biar aku selalu ngerasa kamu ada di sini.
Oya, pohon sakura di taman ga ditebang kan?
Bales dong.
Tanpa sadar Yura menangis sambil memegangi dadanya. Yura tidak tahu harus membalas apa pesan itu.
“Kamu bodoh banget si Esa! Gimana aku mau nelpon kalau aku tahu kamu lagi dirawat di Singapore! Gimana dokter kamu itu ga tambah bawel kalau kamu selalu ga mau minum obat!!! dia cuma nyuruh kamu jaga kesehatan!!!” Yura meneriaki hanphonennya sendiri.
Air matanya mengalir tanpa henti membuat Yura kesulitan bicara.
“Andai kamu tahu, aku juga takut sama kucing! Tapi aku maksa diri aku buat berani biar kamu suka sama aku!!!”
Yura terjatuh, ia tak bisa menahan keseimbangan tubuhnya yang dipenuhi emosi rasa sakit. Esa tidak tahu kalau Yura selalu berusaha menjadi apa yang Esa inginkan. Tapi Esa selalu bilang, kalau mencintai Yura adalah sebuah masalah.
Masalah karena Esa tidak bisa selalu ada buat Yura. Masalah karena Esa dan Yura dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh. Masalah karena Esa hanya sebentar dikehidupan Yura.
Yura terus menangis dan mencoba memahami setiap perkataan Esa selama ini. Seketika handphone Yura berdering lagi, kali ini adik perempuan Esa menelpon.
“Ha-ha lo?”
“Kak Yura, kak Yura bisa datang ke Makassar ga besok?” Tanya Sofia pelan.
Yura diam.
“Esa minta kakak datang di acara terakhir Esa. Kak.... Esa.....” Suara Sofia terdengar kabur. Seketika hanya terdengar suara isak tangis disana.
Yura menjatuhkan telepon dan tahu......
Esa pernah bilang, ia akan sangat mencintai orang yang suka dengan kucing. Karenanya Yura berusaha tidak loncat ketika membawa Esa ke taman selatan Tokyo. Di taman itu Esa selalu bersembunyi di belakang pundak Yura dan saat itu Yura tahu kalau Esa bisa mencium bau parfumnya.
Esa pernah bilang, ia punya kekasih. Namanya dr. Jutia. Kekasih itu hanyalah seorang dokter yang selalu Esa datangi untuk cuci darah. Esa pernah bilang, ada seseorang yang selalu menunggunya. Esa tahu kalau Orang itu sudah lelah menunggu. Yura kira yang dimaksud Esa adalah dirinya. Tapi bukan. Yang dimaksud Esa adalah Tuhan.
Yura menangis tak karuan. Yura belum sempat mengatakan kalau sebenarnya dia mencintai Esa. Yura belum menyampaikan kalimat kalau dia tidak mau kehilangan Esa!
Esa belum tahu itu, tapi kenapa Esa sudah harus pergi?
Tiba-tiba Yura teringat akan surat yang diberi Esa. Ia segera mengambil dan membacanya.

Yura, aku sangat mencintaimu. Entahlah bagaimana perasaanmu. Tapi yang aku tahu mencintaimu adalah sebuah masalah. Masalah karena ternyata ada sesuatu yang lebih mencintaiku dan menyuruhku kembali padanya. Jangan marah jika aku sudah kembali kepadanya. Karena aku tahu kamu curang, Dia sangat suka kucing sedangkan kamu sebenarnya juga takut kucing sepertiku :p
Jangan tangisi pilihan Tuhan untukku. Semua yang terjadi adalah yang terbaik buat umatnya.
Oya, Selamat Datang di Makassar! Disini lah aku lahir, disinilah aku dibesarkan. Tapi, maafkan aku jika kamu sudah tidak melihatku berjalan di pinggir kota Makassar.
Love you,
Esa Dinata