Gadis Kecil yang suka merangkai kata
Blogaholic Designs”=

Followers

Yang Nyangkut :D

SURE!

SURE!

Selasa, 08 Agustus 2017

Rindu Tak Terucap





Ada ragu diantara sendunya malam, disela-sela dedaunan yang bergerak mengikuti arah sang angin. Ada bisik yang terdengar samar-samar, diselipan doa yang mengalir megikuti arus sang sungai. Terlihat setiap atap meratapi nasib, mengadu kepada sang Bulan, sang penguasa malam atas bintang-bintang. Senyuman yang tertoreh, seakan memaksa untuk berkata.

“Kau akan pergi lagi? kemana kau akan pergi?” Surina tersenyum, lalu bertanya namun tidak berani menatap Danang, bibirnya kaku namun tetap harus bertanya.

Gelap yang menyelimuti Danang, membuat Danang bergetar untuk menjawab.

“Apakah aku harus ikut, atau aku harus tetap sembunyi?” Surina kembali bersua.

Mata Surina tak bisa bohong. Ada kekecewaan besar yang menggenang disana, mungkin akan tumpah sebentar lagi.

“Surina, aku sudah bilang, kau tidak akan pernah ikut kemanapun aku pergi.” Danang mencoba untuk  tenang.

Genangan itu tumpah seketika, Surina membalikkan badannya, membelakangi Danang yang ketika itu duduk di kursi depan teras rumahnya. Air matanya jatuh tidak berhenti.

Ada pengkhianatan diantara debu-debu yang terbang diantara mereka. Bau kesakit-hatian tercium oleh keduanya. Namun Danang hanya bisa pasrah, menikmati setiap detik suara tangisan Surina, yang bahkan mengalahkan kerasnya suara jeritan penyesalan Danang.

“Surina, sudah seharusnya kau ikhlaskan.” Ucap Danang terbata-bata.
“Surina, kita ini sudah berbeda.” Lanjut Danang.
“Surina, lepaskanlah aku. Tidak mungkin bagiku untuk datang setiap malam di rumahmu. Aku takut.”

Surina membalikkan badannya. Menatap kursi kosong didepannya, air matanya masih mengalir. Tangannya mengepal dengan kuat. Angin malam seketika membuat semua sunyi. Surina terjatuh diatas ubin tua milik rumahnya.

“Kenapa kau selalu pergi tanpa pamit. Padahal aku ingin katakan, kalau aku merindukanmu.” Surina berusaha mengucapkannya dengan jelas, namun terkalahkan oleh rasa sakit di dadanya.

Bertubi-tubi ia kehilangan, berkali-kali ia mengkhayal. Suaminya, Danang, masih hidup di dunia.