Gadis Kecil yang suka merangkai kata
Blogaholic Designs”=

Followers

Yang Nyangkut :D

SURE!

SURE!

Sabtu, 27 Februari 2016

Kepada Seorang Lelaki



Hai
Ah, harusnya bukan kata “hai”, tapi “Maaf”

Teruntuk lelaki yang telah berjuang,
namun tenggelam akan rasa,
Maaf.

Mungkin memang aku salah, mungkin benar kaulah yang paling berjuang. Tapi rasa tetap rasa, biarpun aku menyuruhnya berubah, ia takkan goyah. Bukan salahmu, bukan salah waktu, tapi ini urusan hati.

Kamu selalu bilang, aku terlalu kekanak-kanakan. Kamu juga pernah bilang, tidak semua orang bisa mengerti sifatku maka aku tidak boleh childish didepan mereka. Kamu mengaku kalau kamu paling mengerti aku, tapi aku kalah karena tidak bisa mengerti kamu. Aku memang seperti ini, kadang cerewet, kadang ceria, kadang diam, bahkan kadang menangis untuk hal yang tidak penting. Tapi itulah yang paling sulit aku pahami, mengapa kamu tetap kokoh dengan perasaanmu itu?

Maaf,

Aku memang perempuan biasa, tapi aku mencoba bertahan pada satu hati. jangan menyuruhku untuk memilih antara kamu dengan dia. Kalian berbeda, kalian bukan pilihan. 

Maaf,

Atas semua perjuangan yang telah kamu lakukan, atas semua waktu yang terbuang karena mengurusiku, atas semua rasa sakit yang masih kau peluk erta-erat, atas beban-beban yang tertimpa diatas hatimu, Maaf.
Tak ada yang paling penting disela-sela kalimatku selain kata maaf.

Perasaanku akan tetap sama bang, jangan buat aku menangis karena kamu menganggap aku tidak melihatmu. Aku melihatmu! Hanya saja hati ini telah dirangkul oleh orang lain, dan aku harus menjaga kepercayaannya. Aku tidak perlu menjelaskan seberapa besar aku menginginkan dia, jelas kau tahu sedang hati ini telah dibawa pergi olehnya.

Maka aku ingin kamu tahu, tataplah aku sebagai adikmu, bukan sebagai lawan jenismu...

Teruntuk lelaki yang telah berjuang.

Jumat, 05 Februari 2016

Rainy And Ebi



Sesuai namanya, Rainy sangat suka hujan. Ketika hujan turun, Rainy yang lebih sering dipanggi Rara akan menengadahkan wajahnya ke langit, menutup matanya dan membiarkan butiran air membasahi setiap jengkal kulit wajahnya. Mungkin sifatnya kekanak-kanakan, mungkin kelakuannya tidak dewasa, tapi Rara selalu mencoba menjadi perempuan yang dewasa... di depan orang tuanya, di depan teman-temannya... juga di depan pacarnya, Ebi.
“Ebi kuliah di Jakarta?”
Rara berhenti menulis, ia mengangkat dagunya dan menoleh ke arah Yasmin.
“Iya nih, Ebi udah punya kampus sedangkan aku belom. Maunya sih di Jakarta juga, tapi dilarang. Kayaknya aku di Malang aja...”
“LDR dong?”
“El.... el-de-er?”
Tapi, sekeras apapun usaha Rara untuk menjadi perempuan yang dewasa, ia tahu sifat kecemasanya tidak akan pernah berkurang. Ia selalu cemas dengan segala hal. Pikirannya selalu kemana-mana. Ebi selalu meyakinkan Rara bahwa hubungan mereka akan baik-baik saja... Rara selalu tersenyum jika Ebi sudah bilang begitu. Tapi, Rara tidak mengerti dengan dirinya sendiri, Rara tetap cemas....
***
Rara menatap handphonennya dengan mata sayup. Sekarang sudah jam sepuluh malam, ngantuk rasanya. Tapi Rara tidak bisa tidur sekarang, ada hal yang harus Rara tunggu.
Satu jam kemudian.
Dua jam kemudian.
Jam dua belas malam, Rara sangat ngantuk.
“Jadi... tidak ada kabar ya? Hm....” Gumam Rara sedih menatap layar handphonenya.
Namun tak lama kemudian, handphonennya bergetar. Ternyata ada pesan dari Ebi. Rara memang senang, tapi mencoba membalas biasa saja agar Ebi tidak menganggap Rara alay. Tapi Ebi berpikiran lain.
Rara ngantuk deh kayaknya
Engga. Aku ga ngantuk.
Padahal Rara ngantuk berat tapi masih rindu Ebi. Mereka chat terus, Rara senang. Setelah beberapa menit chat-an, Rara akhirnya bertanya,
Ebi ngantuk?
Iya nih.. heheh...
Yaudah tidur aja
Iya maaf ya...
Iya gapapa...
Rara tahu Ebi sibuk. Tapi kadang rasa rindunya yang mungkin terlihat alay membuat ego Rara menjadi besar. Rara setelah menunggu seharian tidak mau kalau Ebi terlalu cepat tidur, padahal Rara sudah mati-matian menahan kantuk tapi Ebi begitu saja meninggalkannya tidur.
Ebi juga bilang, dia tidak bisa mengabari rara setiap saat. Di kampus Ebi sangat sibuk. Rara sangat paham betul itu, tapi Rara cemas. Cemas kalau Ebi akan lupa sama Rara, apalagi sekarang mereka LDR. Cewek di jakarta cantik-cantik, jauh dibanding Rara. Tapi setiap Rara mengutarakan kecemasannya, Ebi selalu bilang Rara tidak percaya Ebi. Padahal bukan begitu maksud Rara, Rara hanya ingin Ebi mengatakan sesuatu yang membuat hati Rara senang.
Mungkin seperti, “aku sayang kamu kok Ra.”
Atau
“Aku rindu kamu Ra..”
“Rara aku tadi teringat kamu..”
Karena Rara paham betul... dia tidak pernah dicari oleh Ebi... dicari pun tidak pernah, apalagi dirindukan....
Suatu hari, Ebi tidak baca sms WA dari Rara. Rara sudah berpikir positif thinking kalau Ebi sibuk. Tapi, ketika Rara membuka BBM, ternyata Ebi lewat di pemberitahuannya. Ebi mengganti foto profil semenit yang lalu. Rara mau mengomentarinya tapi takut menganggu Ebi. Setelah lama menunggu, hingga malam, lalu pagi, Ebi baru membalas WA Rara.
Rara sengaja diabaikan ya?
Maaf, aku sibuk
Sibuk? Padahal tadi mengganti poto profil... apa susahnya read wa aku trus balas...
Tolong jangan tekan aku Ra. Aku merasa tertekan kalo kamu gini.
JLEPPP.
Sejak hari itu, Rara sadar... kalau dirinya hanyalah beban. Rara mungkin salah, tapi Rara belum paham letak kesalahannya dimana. Rara selalu mencoba untuk tidak wa Ebi sesering mungkin. Selalu menunggu Ebi setiap malam. Rara pun komplain kalau Ebi tidak memberi kabar seharian padahal Ebi main BBM atau sosmed yang lain. Rara salah? Rara terlalu haus perhatian? Rara susah dimengerti?
Sejak hari itu, Rara mendapat tamparan keras... usahanya selama ini gagal untuk menjadi dewasa. Rasa cemasnya, kegelisahannya, tidak dimengerti oleh Ebi... dan Rara tahu.. mungkin Ebi sudah tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi. Jelas Ebi sudah mulai bosan dengan Rara... apalagi Rara tidak secanti teman-teman Ebi di Jakarta.
“Rara? Kok matanya bengkak sih?” Tanya Yasmin.
“Aku habis nangis... aku abis ceritain tentang Ebi lagi”
“Kamu cerita ke siapa lagi? Kan aku sudah bilang ga usah cerita ke siapapun lagi!”
“Aku menceritakan Ebi kepada Allah.... Allah tahu semua kegelisahan hati aku... Allah sudah tahu dan setelah aku menceritakan Ebi... aku menangis. Semuanya terasa sakit Yasmin... sakit sekali....”
“Rara.....”
“Yasmin... tolong ajarkan aku untuk bersikap yang benar di hadapan cowok....”
Airmata Rara mengalir lagi, seketika Yasmin memeluk erat Rara. Membiarkan Rara menumpahkan segala kesedihannya.
“Rara, kalau memang Ebi tulus menyukaimu setulus kamu menyukai dia, dia akan kembali dan menerima semua kekurangan kamu....”
Rara tetap menangis... menangis... bodoh sekali....
***
Cuap-cuap penulis:
Haloooo readers! Kali ini aku memang ngeposting cerpen yang agak berbeda dari sebelumnya. Gaya penulisanku juga sangat jelas terlihat.
Windah minta maaf ya atas segala kekurangan windah. Kalau windah kekanak-kanakan, kalau windah terlalu cerewet, annoying, atau segalanya. Kadang windah tidak bisa mengontrolnya, dan kadang windah melakukan hal bodoh yang membuat kalian semua tambah menjauh dari windah.
Windah Cuma mau bilang itu, semoga kita semua menjadi hamba yang baik di mata Allah swt. Aamiin...
See ya