-DIA-
Masih ingatkah
kau dulu saat kita saling menguatkan untuk tetap bersama? Masih ingatkah kau
saat kita berlomba menyampaikan rindu? Masih ingatkah kau saat kau disampingku?
Kalau saat kita jalan berdua? Apakah masih teringat? Walau menurutmu hanya
samar-samar, tapi adakah yang berbekas?
Aku harap kau
masih mengingatnya, walau hanya tersimpan di memori yang paling dalam di
otakmu, yang paling kecil.
***
Aku benar-benar
sedang merindukanmu. Meskipun aku tahu, aku tidak boleh merindukanmu lagi. Aku mencoba
menahannya, agar kau mengira aku menerima keputusanmu.
Pada akhirnya
seseorang akan menemukan sebuah perasaan. Perasaan dimana ingin melepaskan
orang yang sedang bersamanya. Apa kau merasakan hal itu? Ah, bodohnya aku. Aku tidak
bisa membuatmu tidak merasakan hal itu. Maafkan aku, yang tidak bisa menguatkan
kesetiaanmu. Maafkan aku, yang tidak bisa menahanmu sampai akhirnya kau
mengatakan hal itu.
Sebenarnya, hal
yang sangat ku inginkan adalah; diperjuangkan, dipertahankan oleh orang yang
menyayangiku yang juga aku sayangi.
Tapi, ku rasa
itu terlalu tinggi buatmu. Aku tidak mau menyalahkan keadaan ini. Meskipun sangat
perih. Perih bagaimana? Maaf, aku tidak bisa mengutarakannya dengan kata-kata. Begitu
sulit tuk menemukan kata yang cocok dengan perasaanku saat ini.
Aku hanya ingin
kau tahu, ku mohon hanya satu yang ku ingin kau tahu dari perpisahan ini; “terlalu
berat untuk hatiku menerima, namun aku tahu kau melakukannya untuk hatimu. Dan apapun
itu, kalau untuk hatimu, aku rela. Temukan yang lebih baik, karena aku hanya
sekadar baik.”
Merindukan masa
lalu, oh pahitnya.