Gadis Kecil yang suka merangkai kata
Blogaholic Designs”=

Followers

Yang Nyangkut :D

SURE!

SURE!

Kamis, 20 Februari 2014

Berpikir Sebelum Bertindak



Lelaki didepanmu terkejut. Gadis disampingnya kaku tak bersuara.
Amarahmu mulai memuncak, diotakmu tersimpan berjuta kata-kata yang sangat ingin kau ucapkan.
“Dasar laki-laki brengsek!! Harusnya aku sudah tahu dari dulu kalau kamu itu brengsek!!”
“Dina tenang!” Katanya. Tapi kau terlanjur memberontak.
Gadis itu berusaha menahan teriakannya dengan tangannya. Oh, ternyaat lelaki ini mempunyai pacar yang sangat…. Emosional.
Katamu “Kau menyebalkan! Sangat menyebalkan!”
Kau lalu pergi meninggalkan lelaki yang selama ini menemanimu dengan sebuah tamparan dasyat! Ia setia, tapi kenapa kau begitu jahat? Oh, ternyata dia baru saja membuat pertemuan rahasia dengan gadis lain. Iyakan? Itu benar. Tapi… kamu lucu. Lelaki itu belum milikmu. Dia hanya kebetulan memiliki ‘status huungan’ denganmu! Terserah dia ingin jalan bersama siapa, iyakan?
ternyata kamu tidak langsung pulang. Kamu singgah di bar untuk menghilangkan stress. Dasar wanita nakal!
Kamu terus minum, tapi air mata di pipimu juga tidk berhenti mengalir. Kau berfikir, malam ini akan melakukan apa? Dengan siapa? Atau kalaupun di rumah, aku kan memegangi handphoneku setiap menitnya untuk siapa? Astaga! Aku masih mencintainya!
Dasar wanita bodoh.
Kau berusaha melupakan dia. Tapi ternyata, semakin kau berusaha semakin kau menyadari dia sangat penting bagimu. Yah, kau akan tahu bahwa kamu cinta dia setelah dia telah menyukai orang lain. Ayolah jangan munafik, kau mencintai orang yang telah menyelingkuhimu. Tidak apa-apa kan? Lagian, ada yang bilang cinta itu buta. Jangan bohongi perasaanmu!
Lalu setelah pemikiran bodohmu usai, kau mulai menunggu. Menunggu pesan darinya. Atau mungkin telepon permintaan maaf. Bodoh. Kau menemparnya hanya untuk mendapatkan kata maaf darinya? Hanya untuk ingin melihat kesungguhannya? Bodoh.
Tapi lihat, ia tak kunjung memberimu kabar. Itu karena kamu marah padanya. Ia tambah bosan denganmu! Haha, kau mulai menyesal. Sangat menyesal! Harusnya kau tersenyum saat mendapatinya bersama gadis lain. Lalu katakan kepada lelaki tidak tahu diuntung itu,
“kau tahu, sangat mudah mendapatkan gadis seperti dia, tapi sangat sulit untuk mendapatkan gadis seperti aku”. “tidak akan ada yang mencintaimu seperti caraku mencintaimu.”
Lalu apa yang akan terjadi bila kau mengatakan itu? Tentu saja ia akan tersentuh!
Kau tersadar. Ternyata kau masih berada di tempat itu. Cafee dimana kau melihat pacarmu yang sangat kau sayangi makan di cafee ini berdua.  Bayanganmu persis dengan kenyataan. kau tepat berada didepannya saat ia melihatmu dengan tatapan terkejut. Disampingnya ada seorang gadis lain yang kaku tak bersuara. Lalu setelah kau selesai membayangkan semua yang akan terjadi, kau lalu berkata. Tak kusangka kau akan mengatakan itu.
“Siapa gadis ini?”
Jangan menilai orang lain, sebelum kau tahu semua tentang dirinya.

Senin, 17 Februari 2014

ARTI KEBERSAMAAN DI DJAA!!




DJAa??????
 



Hai GUYS!!! Bulan ini aku jarang banget nge-posting yah? Iyahh haha nah sekarang aku mau nge-post tentang kegiatan aku yang paaaaaaaaaaaling menyenangkan di bulan februari!
Baru-baru ini, aku mengikuti kegiatan DIKLAT JURNALISTIK ABU-ABU yang diselenggarakan oleh PROFESI UNM, dari tanggal 5-9 februari. Jadi, kegiatannya itu bukan Cuma mendengar materi doang, kita diajak bermalam selama 5 hari 4 malam untuk mengikuti acara ini! Karena di undangannya hanya meminta 2 orang perwakilan dari sekolah, makanya sekolahku hanya mengirim 2. *yaiyalah-_-* yaitu…
AKU Dan Andi Adillah!
Teng-teng, ini dia foto kami wkwkwk

Tau kan aku yang mana? Iyalaaaah kan pake kacamata :3
Aku merasa sangat beruntung bisa dikutin dalam acara ini :”3
Oke lanjutttttt…
Jadi kami bermalam selama 5 hari 4 malam. Kedengarannya lama yah? Iyaaaaaaa.. tapi pas sampai disana terasa cepet banget!
Kan acara ini se-sulselbar, jadi banyak bgt sekolah dari luar daerah. Kayak pinrang, pare-pare, barru, selayar, bone, sinjai, luwu , maros dan lain-lain. Dan Cuma sekolahku yang berasal dari Makassar._. hahahahahah
Jadi, acara itu diselenggarakan di Sekolah Luar Biasa yang ada di jalan Dg.Tata Raya, lupa nama sekolahnya apa-_- eits, jangan kira kita bergabung sama anak SLB yah-_- anak-anak SLBnya tidak bermalam disekolah kok! Ahahahah
terus acara ini juga bukan sekadar diklat, ada lombanya juga. lomba menulis, buat mading sama fotografi!!!
lanjut!
Nah, kamar aku sama dillah dipisah. Sengajaaa katanya-_- nah gini kamar aku,


Wkwkw sangat berantakan bukan? Banyangin aja kita berdelapan dalam satu kamar! Haha nah, tempat tidurku yang sprei putih yang ada kudung cokelatnya.
Hari pertama hari Rabu, 5-februari 2014. Setelah seharian kita disuruh tinggal dikamar, malamnya kita diajak ke aula sekolah tersebut, buat melaksanakan acara pertama, yanga namanya “MARI BERKENALAN”
Disini nih kami berkumpul, terus satu persatu pewakilan sekolah naik untuk memperkenalkan sekolah mereka.
Sebenarnya kami dilarang memotret dalam forum…. Hehehe

Hmm besok-besoknya kami menjadi sangat akrab. Kita jalani setiap acara dengan solid. kita bercanda tawa bersama, pokoknya kita kayak udah klep banget! Pokoknya asik deh! Nah kalau aku certain satu persatu nanti terlalu panjang… hahaha
Pas hari terakhir, pas kita mau pisah, itu rasanya sedih banget. Kita menangis, takut saling rindu :(

Ini waktu hari kamis, 6-februari 2014. Kita gifo-gifo dulu sebelum terima materi hahah tapi di ini khusus yang peserta cewek :p yang cowok yang ikut wkwkw

Yang ini pas udah malam, kita adain acara sharing time…
plus nobar alias nonton bareng :3


nah yang laki-laki yang sadar kamera itu dijuluki BUNDA hehehe :3 Bunda kami, bunda DJAa 2014 :*

Nah ini foto-foto anak SLB, hihihihi







Ke graha pena..


Ke I-radio




Ke Koran sindo

Sudah itu ke tribun..

Nah.. terus kita bikin MADING!!!
 Ini mading kelompokkuuu

Terus.. besoknya kita ke SUN TV

Ini waktu persentasi madding malamnya..
 Dan ini malam terakhir loh :”(
Waktu ini kita sudah di Benteng somba opu.

Aku tidak akan melupakan moment-moment itu… semuanya… hahahhaha :”)
Sebenarnya masih banyaaaaaaaak foto-foto yang bisa dibagiin. Tapi kayaknya ini sudah banyak banget :D
Hahaha
DJAa itu bukan sekadar diklat biasa. bukan cuma duduk manis di kursi dan dengerin materi. DJAa itu istimewa. bukan cuma sekadar membagiin ilmu jurnalistik beserta forografi kepada pesertanya. DJAa itu indah. Bisa mempersatukan kami semua yang sangat jauh berbedaaaaaaa dalam satu almamater.

dan, barisan pohon yang selalu melihat kita ketika bangun di pagi hari, anak-anak SLB yang tertawa disamping kita, Aula tempat mendengar materi, dan semua panitia yang bertugas, akan menjadi saksi. KAMI TELAH SOLID, DAN TIDAK BISA TERPISAHKAN!!!

I LOVE DJAA!! :*

Sabtu, 15 Februari 2014

Lensa Tua dengan Potret yang Berbeda



Lensa Tua dengan Potret yang Berbeda

Seseorang menegakkan kakinya. Kedua sandal di kakinya melekat seakan tak mau lepas. Ia terus berjalan. Ke utara, ah ternyata bukan. Ke selatan, ah itu juga bukan. Ia jalan tanpa arah. Tanpa tujuan.
Lalu ku perhatikan kamera yang menggantung di lehernya. Sekilas cahaya berwarna-warni dari benda digital itu membuat mataku silau. Aku menunduk ke dadaku, ada kamera yang juga menggantung seakan meminta untuk digunakan. Ah, aku baru pulang dari hobiku menjepret-jepret. apakah aku harus mengikutinya?
Aku penasaran tapi! Entah apa yang membuatku penasaran!
Ah! Sebelum langkahnya benar-benar jauh, aku putuskan untuk mengikutinya. Aku melangkah mengikuti langkah kakinya. Kakiku melewati jalan yang penuh  debu. Dengan frame pepohonan. Ah, itu bukan pepohonan. Tidak ada daunnya, hanya  batang kayu yang berdiri tegak. Memperlihatkan rantingnya yang gundul.
Kembali ku alihkan pandanganku. Seseorang tadi, yang membuat langkah ini tidak ingin berhenti begitu saja tanpa tahu apa yang ingin ia lakukan. Tapi tunggu dulu, ia tidak hanya sekadar jalan. Ia juga memerhatikan, mendengarkan dan merasakan sekitarnya.
“Ah, panas!”
Desahnya pelan. Itu yang dapat ku tangkap dari telingaku yang berjarak lima meter dibelakangnya. Tiba-tiba langkahnya berhenti dan mengusap jidatnya yang penuh keringat. Ia menggelengkan kepalanya sebentar, lalu kembali berjalan.
Sekilas, aku melihat wajahnya telah dipenuhi garis-garis wajah. Meskipun sekilas, tapi tampak jelas beberapa helai rambut bagian depannya telah memutih. Meskipun bibirnya gemetar untuk mengucapkan satu kata tadi itu, namun langkahnya tak gentar. Malah terus berjalan ke depan. Tanpa ingin melihat kebelakang.
Setiap kendaraan yang tak jarang selalu mendahului langkah kami tak ia hiraukan. Mesipun ban besarnya dan lubang panjang dibawah mobil itu selalu menitipkan debu dan asap. Selalu, saat telah berpapasan dengan kami.
Beberapa menit kemudian, ah bukan beberapa menit. Mungkin hampir se-jam kami berjalan. Tapi bukan berjalan bersama! Aku mengikutinya. Kami sampai pada sebuah taman kecil. Taman yang mungkin didalamnya hanya ada beberapa pohon, bunga yang mekar, dan juga dua kursi panjang. Ia duduk disana, lalu mulai mengangkat kameranya. Tepat didepan matanya.
Ku perhatikan dari jauh, beberapa kali ia menekan salah tombol di kameranya. Ku ikuti arah lensa kamera itu berkelana. Tidak ada yang special. Hanya beberapa pohon di sana sebagai subjek. Tapi, tunggu dulu. Ada hal yang terasa berbeda. Ada hal yang membuat hatiku gundah. Seperti ingin berceloteh akan suatu hal. Tentang sebuah kelestarian.
Aku mengambil kamera yang tergantung di dadaku. Ku lihat semua gambar yang ku ambil hari ini. Astaga, sadar tidak sadarkah aku saat memotret semua gambar ini? Semuanya hanya bangunan tinggi menjulang. Tak ada yang bewarna hijau. Tak ada yang menyejukkan mata. Tak ada yang menenangkan batin.
Aku mengangkat kepalaku. Ternyata, saat itu juga lelaki tua itu sedang tersenyum kepadaku. Lalu dengan langkah pelan ia mendekatiku. Menepuk pundakku pelan.
“Kau terlahir di zaman modern. Kau terlahir di tengah-tengah bangunan yang menutupi indahnya langit sore. Kau pemuda yang hebat. Eh, Zamanmu juga memang hebat. Zamannya canggih. Oh Iya, Potretlah pemandangan disini. Walaupun hanya satu. Kau tidak akan menemukan pemandangan seperti ini dikota sana.”
Aku hanya tersenyum. Ia menepuk pundakku lagi, namun dengan tiga tepukan. Lalu ia berlalu. Ku kira akan pulang, tapi ternyata ke taman bagian utara. Tidak jauh. Aku memalingkan kepalaku, menatapnya. Eh, ternyata ia masih sempat berbalik sekali lagi, dan berkata;
“Tapi ketahuilah, Zamanmu tidak akan seperti ini jika tidak ada pengorbanan. Dan kau tahu apa yang telah dikorbankan? Kelestarian hutanmu. Nyawamu untuk dapat bertahan hidup lebih lama.” Ia tersenyum singkat.
Aku terpaku. Udara yang melewati beberapa pohon terlebih dahulu sebelum sampai pada leherku seakan berbisik. “hanya suasana seperti ini yang dapat menyelamatkan banyak orang.”