Sesuai namanya, Rainy sangat suka hujan. Ketika hujan turun,
Rainy yang lebih sering dipanggi Rara akan menengadahkan wajahnya ke langit,
menutup matanya dan membiarkan butiran air membasahi setiap jengkal kulit
wajahnya. Mungkin sifatnya kekanak-kanakan, mungkin kelakuannya tidak dewasa,
tapi Rara selalu mencoba menjadi perempuan yang dewasa... di depan orang
tuanya, di depan teman-temannya... juga di depan pacarnya, Ebi.
“Ebi kuliah di Jakarta?”
Rara berhenti menulis, ia mengangkat dagunya dan menoleh ke
arah Yasmin.
“Iya nih, Ebi udah punya kampus sedangkan aku belom. Maunya
sih di Jakarta juga, tapi dilarang. Kayaknya aku di Malang aja...”
“LDR dong?”
“El.... el-de-er?”
Tapi, sekeras apapun usaha Rara untuk menjadi perempuan yang
dewasa, ia tahu sifat kecemasanya tidak akan pernah berkurang. Ia selalu cemas
dengan segala hal. Pikirannya selalu kemana-mana. Ebi selalu meyakinkan Rara
bahwa hubungan mereka akan baik-baik saja... Rara selalu tersenyum jika Ebi
sudah bilang begitu. Tapi, Rara tidak mengerti dengan dirinya sendiri, Rara
tetap cemas....
***
Rara menatap handphonennya dengan mata sayup. Sekarang sudah
jam sepuluh malam, ngantuk rasanya. Tapi Rara tidak bisa tidur sekarang, ada
hal yang harus Rara tunggu.
Satu jam kemudian.
Dua jam kemudian.
Jam dua belas malam, Rara sangat ngantuk.
“Jadi... tidak ada kabar ya? Hm....” Gumam Rara sedih menatap
layar handphonenya.
Namun tak lama kemudian, handphonennya bergetar. Ternyata ada
pesan dari Ebi. Rara memang senang, tapi mencoba membalas biasa saja agar Ebi
tidak menganggap Rara alay. Tapi Ebi berpikiran lain.
Rara ngantuk deh
kayaknya
Engga. Aku ga ngantuk.
Padahal Rara ngantuk berat tapi masih rindu Ebi. Mereka chat
terus, Rara senang. Setelah beberapa menit chat-an, Rara akhirnya bertanya,
Ebi ngantuk?
Iya nih.. heheh...
Yaudah tidur aja
Iya maaf ya...
Iya gapapa...
Rara tahu Ebi sibuk. Tapi kadang rasa rindunya yang mungkin
terlihat alay membuat ego Rara menjadi besar. Rara setelah menunggu seharian
tidak mau kalau Ebi terlalu cepat tidur, padahal Rara sudah mati-matian menahan
kantuk tapi Ebi begitu saja meninggalkannya tidur.
Ebi juga bilang, dia tidak bisa mengabari rara setiap saat.
Di kampus Ebi sangat sibuk. Rara sangat paham betul itu, tapi Rara cemas. Cemas
kalau Ebi akan lupa sama Rara, apalagi sekarang mereka LDR. Cewek di jakarta
cantik-cantik, jauh dibanding Rara. Tapi setiap Rara mengutarakan kecemasannya,
Ebi selalu bilang Rara tidak percaya Ebi. Padahal bukan begitu maksud Rara,
Rara hanya ingin Ebi mengatakan sesuatu yang membuat hati Rara senang.
Mungkin seperti, “aku sayang kamu kok Ra.”
Atau
“Aku rindu kamu Ra..”
“Rara aku tadi teringat kamu..”
Karena Rara paham betul... dia tidak pernah dicari oleh
Ebi... dicari pun tidak pernah, apalagi dirindukan....
Suatu hari, Ebi tidak baca sms WA dari Rara. Rara sudah
berpikir positif thinking kalau Ebi sibuk. Tapi, ketika Rara membuka BBM,
ternyata Ebi lewat di pemberitahuannya. Ebi mengganti foto profil semenit yang
lalu. Rara mau mengomentarinya tapi takut menganggu Ebi. Setelah lama menunggu,
hingga malam, lalu pagi, Ebi baru membalas WA Rara.
Rara sengaja diabaikan ya?
Maaf, aku sibuk
Sibuk? Padahal tadi mengganti poto profil... apa
susahnya read wa aku trus balas...
Tolong jangan tekan aku
Ra. Aku merasa tertekan kalo kamu gini.
JLEPPP.
Sejak hari itu, Rara sadar... kalau dirinya hanyalah beban.
Rara mungkin salah, tapi Rara belum paham letak kesalahannya dimana. Rara
selalu mencoba untuk tidak wa Ebi sesering mungkin. Selalu menunggu Ebi setiap
malam. Rara pun komplain kalau Ebi tidak memberi kabar seharian padahal Ebi
main BBM atau sosmed yang lain. Rara salah? Rara terlalu haus perhatian? Rara
susah dimengerti?
Sejak hari itu, Rara mendapat tamparan keras... usahanya
selama ini gagal untuk menjadi dewasa. Rasa cemasnya, kegelisahannya, tidak
dimengerti oleh Ebi... dan Rara tahu.. mungkin Ebi sudah tidak bisa melanjutkan
hubungan ini lagi. Jelas Ebi sudah mulai bosan dengan Rara... apalagi Rara
tidak secanti teman-teman Ebi di Jakarta.
“Rara? Kok matanya bengkak sih?” Tanya Yasmin.
“Aku habis nangis... aku abis ceritain tentang Ebi lagi”
“Kamu cerita ke siapa lagi? Kan aku sudah bilang ga usah
cerita ke siapapun lagi!”
“Aku menceritakan Ebi kepada Allah.... Allah tahu semua
kegelisahan hati aku... Allah sudah tahu dan setelah aku menceritakan Ebi...
aku menangis. Semuanya terasa sakit Yasmin... sakit sekali....”
“Rara.....”
“Yasmin... tolong ajarkan aku untuk bersikap yang benar di
hadapan cowok....”
Airmata Rara mengalir lagi, seketika Yasmin memeluk erat
Rara. Membiarkan Rara menumpahkan segala kesedihannya.
“Rara, kalau memang Ebi tulus menyukaimu setulus kamu
menyukai dia, dia akan kembali dan menerima semua kekurangan kamu....”
Rara tetap menangis... menangis... bodoh sekali....
***
Cuap-cuap penulis:
Haloooo readers! Kali ini aku memang ngeposting cerpen yang
agak berbeda dari sebelumnya. Gaya penulisanku juga sangat jelas terlihat.
Windah minta maaf ya atas segala kekurangan windah. Kalau
windah kekanak-kanakan, kalau windah terlalu cerewet, annoying, atau segalanya.
Kadang windah tidak bisa mengontrolnya, dan kadang windah melakukan hal bodoh
yang membuat kalian semua tambah menjauh dari windah.
Windah Cuma mau bilang itu, semoga kita semua menjadi hamba
yang baik di mata Allah swt. Aamiin...
See ya
#1
BalasHapuskodong adekku :'( sering2 ko cerita sama saya
BalasHapusmaluka untuk cerita :')
Hapus