Suku Canidae
berlari menuju padang pasir. Di bawah sinar rembulan, Canis, ketua Canidae
memandu anggotanya untuk bergerak menyeberang padang pasir sebelum matahari
terbit. Namun Orion, salah satu anggota terlemah berjalan sangat lambat di
belakang barisan. Orion memikul tas yang begitu berat, pundaknya membungkuk,
tangan kirinya bertopang pada tongkat kayu yang Ia pungut di jalan sebelum
memasuki padang pasir.
“Oriooooooon,
cepat!”Teriak Canis dari barisan depan.
“Iya Kepala
Suku!” Orion hanya menjawab sekenanya.
Tak lama
kemudian Orion mendengar suara yang begitu riuh, datang dari arah selatan,
tepat di belakang mereka. Orion yang kala itu tertinggal 7 meter dari barisan
Canidae, segera berhenti dan menoleh. ASTAGA! Mereka Strigidae! Salah satu suku
terkuat di muka Bumi ini.
Orion panik,
mencoba berlari secepat mungkin mendekati barisan paling belakang. Ia setengah
teriak,
“Strigidae!
Strigidae!”
Para anggota
Canidae yang mendengarnya seketika kaget dan takut, mereka berlari lebih cepat.
Hingga akhirnya Canis di barisan paling depan mendengar berita itu.
“SEMUANYAAAAA
AYOOO BERLARI LEBIH CEPAT....” Perintah Canis.
Youngi, sahabat
terdekat Orion, memelankan langkahnya, ia mencari Orion di barisan paling
belakang.
“Orion! Ayo!!”
Ia berteriak meskipun tak tahu Orion dimana.
Youngi menghentakkan
kakinya kesal, sebab Orion tidak menjawabnya. Keadaan semakin riuh dan semua
orang hanya fokus pada dirinya sendiri, menjauh sejauh-jauhnya dari Strigidae.
Youngi akhirnya hanya bisa pasrah dan mengikuti suku-nya, berlari sekencang
mungkin.
Sekuat apapun
Canidae berlari, Strigidae tetap bisa menyamai langkah mereka. Satu persatu
Canidae dibantai, dirampok, dan tak segan di bunuh. Youngi tak ingin melihat
kebelakang, meskipun itu adalah Orion, dia harus berlari secepat kilat untuk menyelamatkan
dirinya sendiri.
Strigidae, suku
yang dikenal sebagai suku perampok, berhenti mengejar Canidae setelah puas
dengan hasil buruannya hari ini. Sekitar 19 anggota suku Canidae ditembak mati,
namun ada satu yang luput. Orion. Ia berpura-pura mati, tak bergerak
sedikitpun, sampai suku Strigidae pergi.
Ketika Orion
merasa sudah aman, ia bangun dari mati pura-puranya. Dan ia hanya bisa
menangis.
Dilihat
sekelilingnya hanya ada pasir, pasir dan pasir. Ia tidak tahu harus kemana.
Ia menangis
sejadi-jadinya, menenggelamkan wajahnya dalam tangkupan tangannya.
“Kau tak apa?”
Tanya seseorang.
Orion seketika
mendongak, asing dengan suaranya. Ketika matanya terbuka lebar, ia melihat anak
perempuan Strigidae sedang berdiri di hadapannya dengan memegang se-ekor burung
hantu, lambang suku mereka.
“Darimana
kamu?” Tanya Orion panik.
“Entahlah...”
Ia mengelus burung hantu yang kini berpindah ke pundaknya.
“Apa? Mana mungkin!”
“Aku.. lapar....”
“Jangan! Aku
tidak punya apa-apa lagi, jangan, jangan bunuh aku! ” Orion berusaha menjauh
meskipun masih terseok diatas pasir, namun perempuan itu terus mendekatinya.
“Suku apa kamu?”
“Canidae, suku
serigala!”
“Orion...”
“Dari mana kamu
tahu namaku!?” Orion meledak-ledak, keringatnya bercucuran membasahi seluruh
wajahnya.
“Menebak.” Ucap
perempuan itu, lalu tersenyum.
Orion
mendengus, berusaha bangkit dan berjalan menjauh.
“Orion!”
Panggil perempuan itu.
“Tolong
lepaskan aku! kalau suku mu tahu aku masih hidup, aku akan dibunuh!”
“Aku lapar..”
“Aku tidak
peduli!”
“Tapi hanya ada
aku dan kamu..”
“Aku tidak
peduli! Aku mau mencari kawananku! Tolong lepaskan aku!”
“Aku juga ingin
mencari kawananku! Ayo mencari bersama!”
“Kamu gila ya?”
“Bila dari jauh
kamu melihat kawananmu, bergabunglah, dan dari jarak puluhan meter aku akan
pergi. Bila ternyata itu kawananku, maka kamu juga pergi sebelum terlihat.”
Orion
memikirkan tawaran perempuan itu.
“Jalan
sendirian, tidak mengasyikkan...” ucap perempuan itu lagi agar Orion menerima
tawarannya.
“Aku tidak
punya kompas, bahkan jejak pada pasir telah tertimbun pasir lagi. Jika kita
jalan berdua, kamu akan lebih dari jauh kawananmu ketika kawananku sudah dekat,
dan sebaliknya. bahkan Kita bisa saja tidak menemukan suku kita, kamu tahu itu
kan?” Jawab Orion.
“kita buat suku
baru.”
“APA?!”
“Tapi
setidaknya, ayo kita cari dulu. Ku mohon, aku tidak ingin sendiri.”
“Bodoh!”
Orion berjalan,
dan perempuan itu mengikutinya dari belakang. Orion berjalan sesuai kata
hatinya, namun perempuan itu selalu mengatakan bahwa jalan yang dilalui Orion
salah. Mereka kembali ke titik awal, memulai berjalan lagi. Beberapa kali
mereka istirahat, sekedar untuk minum, atau memakan roti tawar milik Orion.
Sesekali Orion
membentak anak perempuan itu sebab selalu mengoreksi arah perjalanan mereka,
namun si Strigidae tak menggubris bentakan Orion dan tetap mengatakan bahwa
Orion mengambil jalan yang salah. Tapi seuatu ketika Orion hanya mengikuti
ucapan perempuan itu, karenanya mereka menemukan genangan air dan dan beberapa
pohon, tanda mereka telah melewati padang pasir.
Ketika malam
datang lagi, mereka istirahat. Merebahkan tubuh mereka diatas rumput yang
hijau, dan yang terlihat sejauh mata memandang hanyalah hamparan langit malam
penuh bintang.
“Orion, apa
kamu pernah dengar, pernikahan antar suku yang berbeda?” Tanya perempuan itu
tanpa menolehkan pandangannya dari langit.
“Tidak pernah
ada kasus seperti itu....”
“Lalu Orion,
kamu merasa normal ketika kamu hanya bisa menyukai sukumu?”
“Sangat
Normal... suku lain memiliki kepercayaan yang berbeda.”
“Orion...ka—“
“Kenapa kamu
sangat suka memanggil namaku?” Potong Orion.
“Karena suku ku
tidak memberikan nama pada kami... “
“Mustahil.”
Mereka terdiam
beberapa saat.
Perempuan itu
menutup matanya, lalu bergumam, “Kamu bahkan tidak tahu namaku..”
“Tidak
penting...” Jawab Orion pelan.
“Orion... aku
menyukaimu.”
Orion terkejut.
Ia langsung bangun dari tidurnya dan menatap perempuan itu.
“Tapi aku
tahu... kita beda suku... jadi tenanglah... rasa suka ku tidak berarti
apa-apa.”
Orion masih
diam.
Sejurus
kemudian terdengar suara langkah kaki, kaki yang begitu banyak. Orion mencari
sumber suara itu, dan saat ia melihat salah satu kawanan itu memiliki ekor
seperti dirinya, wajahnya langsung berubah menjadi sumringah.
“Kawananku! Itu
kawananku!” Orion menunjuk ke arah pohon ceri, memperlihatkan kawanannya,
perempuan itu tersenyum.
Namun ekspresi
Orion langsung berubah ketika melihat anak perempuan Strigidae itu meneteskan
air mata.
“Ah.. aku
bisa... menemanimu sampai kamu menemukan suku mu... tidak apa-apa..” Ucap
Orion.
“Bukan itu.”
“Lalu?”
“Aku senang....
kamu akhirnya bertemu suku mu lagi.”
“Ah.......”
“Aku akan
mencari suku ku. Tenanglah, aku akan baik-baik saja.”
“Ta.. tapi..
kamu yakin?”
“Iya.”
“ah... atau
cobalah bergabung dengan sukuku, siapa tau kamu bisa masuk....ke.. sukuku....
dan rasa sukamu... jadi berarti...”
“Aku tidak akan
pernah memiliki ekor, Orion.” Perempuan itu berusaha tersenyum. “Aku punya
sayap.”
Strigidae kecil
lalu berdiri tegap, melebarkan sayap-sayap coklatnya di depan Orion. Orion
membuka matanya lebar-lebar, terkejut tidak menyangka akan seindah itu. Sangat
besar, terasa kuat, terasa aman.... terasa sangat gagah.
“Ka... kamu....
“
“Cepat kembali
ke sukumu, aku akan mencari suku ku.” Ucap Perempuan itu.
Orion masih tak
bergerak. Matanya berkaca-kaca. Sampai ia mendengar teriakan Youngi. “Orion!
Apakah itu kamu?! Orion!!”
Perempuan itu
mulai mengepakkan sayapnya pelan,
Terimakasih
Lalu Ia terbang
di tengah gelap gulita malam.
Sampai
sekarang, Orion selalu bertanya-tanya, mengapa?
***
Anak perempuan
Strigidae itu telah lama menguntit Orion. Ia terbang kesana kemari mengikuti
kawanan Canidae. Ia tahu Orion, sebab ketua suku Canidae selalu meneriaki
namanya akibat Orion lamban. Saat sukunya menyerang Canidae, perempuan itu
hanya bisa bersembunyi di balik langit gelap. dan dari langit yang begitu
tinggi, ia melihat arah Canidae berlari.
Setelah pertimbangan
yang begitu kalut, Ia memutuskan untuk menampakkan dirinya di depan Orion.
Berpura-pura
sayap anggota Strigidae itu hanya hiasan.
Agar ia bisa
berjalan, di samping Orion.
Dan menunjukkan
arah yang benar, agar Orion bisa kembali pada sukunya.
Meskipun anak
perempuan itu, tahu
Sekeras apapun
ia mencoba, Ia tidak bisa bersama Orion.
Hanya bisa
menatap Orion
Lelaki suku
Canidae yang lamban tapi menggemaskan
Perasaannya
tidak berarti
Sebab ia adalah
Strigidae
Dan kembali
pada suku masing-masing
Adalah pilihan
yang tepat.
***
“Ah... saat terbang mengelilingi langit malam,
aku selalu berpikir. Jika aku terlahir kembali, aku akan memilih suku yang sama
dengan Orion. Atau, Orion yang memilih suku yang sama denganku.”
Tapi, bagaimana jika tidak terlahir kembali?
“Ah itu, aku
serahkan saja pada waktu. Biarkan ia menentukan takdir kami.”
Tidak ada komentar :
Posting Komentar