Gadis Kecil yang suka merangkai kata
Blogaholic Designs”=

Followers

Yang Nyangkut :D

SURE!

SURE!

Senin, 20 Januari 2020

TISSA



Kemarin sore langet Yogyakarta sangat mendung, ah, sepertinya tak lama lagi akan hujan deras. Bergegas aku keluar dari kantor, berjalan ke parkiran motor sambil mengacak isi tas ku mencari kunci. Namun belum sampai di parkiran, hujan mulai turun. Gerimis-gerimis lalu mulai deras. Aku berlari mencari bangunan terdekat untuk berteduh. Disanalah ku berjumpa seorang gadis kecil, imut, masih memakai seragam SD. Ia berdiri sambil menatap langit gelap yang sedang menumpahkan air.
Aku tersenyum melihatnya, Ia mengingatkanku kepada anakku yang jauh di kampung. Ku tengok kiri kanan, hm, sepertinya anak ini sendirian. Tak ada bapak atau ibu yang berdiri di dekatnya. Aku mulai berinisiatif mengajaknya ngobrol.
“Halo Dek, namanya siapa?” Tanyaku sambil jongkok, menyesuaikan tinggi badanku dengan badannya yang sangat mungil
“Tissa....” Ucapnya malu-malu.
Aku tersenyum. “Mama atau Papanya mana?” Tanyaku lagi.
Dia terlihat kebingungan dan menggaruk kepalanya.
“Tadi ga bareng Papa atau Mama ya?”
“En... tadi disuruh tunggu disini...”
Aku seketika deg-degan, takut kalau anak ini anak hilang.
“Biasanya Tissa memang disuruh tunggu disini?
Ia menatapku sedih, “Engga...”
“Trus??” Aku tentu saja sangat khawatir.
“Papa bilang, mau pergi bentar... disuruh tunggu disini...”
aku sangat khawatir. Karenanya aku memutuskan untuk menemani anak ini sampai Papanya datang. Aku mencoba mengajaknya ngobrol, bermain sulap, ataupun meminjamkan HP ku selagi menunggu Papanya. Berselang satu jam setelah hujan benar-benar reda, Papanya tak kunjung datang. Aku mulai cemas, sebab haripun mulai gelap.
“Tissa, Tisaa tau tidak nomor HP Papa atau Mama?”
Tissa hanya mengeleng.
“Tante anter pulang aja gimana? Hapal kan rumahnya?”
Tissa terdiam. Lalu beberapa detik kemudian menggelengkan kepalanya.
Aku melihat Tissa mulai pucat, apa belum makan?
“Tissa udah makan belum??”
“Belum...”
Aku kaget. Aku langsung lari ke minimarket dalam kantor yang kebetulan memang tutup jam 10 malam. Ku beli beberapa roti dan air minum. Namun ketika kembali, aku tidak melihat Tissa lagi. Apa Papanya sudah datang menjemput? Atau bagaimana?
Perasaanku jadi tidak karuan. Harusnya tadi ku ajak saja Tisaa ke minimarket. Tapi, aku berdoa semoga saja Tissa benar-benar sudah bersama Papanya.
Aku mencoba melupakan Tissa sejenak, fokus mencari kunci motor lagi, dan pulang. Tapi sebelum aku benar-benar menyalakan mesin motorku, aku memutuskan untuk mencari Tissa di sekitar gedung itu.
Hari mulai gelap, orang-orang juga sudah pulang ke rumahnya masing-masing, sedangkan aku beserta senter HP ku masih sibuk mencari Tissa. Aku memutari gedung itu beberapa kali, pun juga telah ku tanyakan pada satpam terdekat. Tapi tidak ada satu informasi pun mengenai Tissa. Aku mulai takut, jujur, perasaanku tidak enak.
Dengan membaca basmalah, ku mantapkan diriku untuk pulang saja. Mendoakan Tissa, semoga tidak terjadi apa-apa terhadapnya. Di perjalanan pulang, perasaanku gundah. Aku tidak tenang. Namun ketika aku berhenti di perempatan Sudirman, aku melihat anak kecil berjalan sendirian di trotoar. Sontak aku langsung menepi, sebab anak itu sangat mirip Tissa.
“Tissa!!” Teriakku.
Anak itu menoleh, matanya berair, ia sedang menangis.
Aku langsung memeluknya. “Kok ga tunggu tante???”
Tisaa masih menangis.
“Tissa... mau kemana? Tante antar ya??”
“aa.. a..ku..”
Dengan perasaan yang campur aduk, jatung yang berdegub dengan kencang, aku memegang pundak Tissa dan menatapnya dalam-dalam, menunggu kalimat darinya.
“Aku udah mati..............” Tissa menangis kencang.
Kepalaku tiba-tiba pusing. Dan aku langsung pingsan.
***
Aku terbangun, dan inilah kondisiku sekarang. Berada di kantor polisi. Aku mencari tas dan barang berhargaku yang lain. Tapi tidak ada. Kata pak polisi dan saksi, setelah aku jatuh pingsan, seorang lelaki mendatangiku dan mengambil barang-barangku.
Aku menceritakan semua kejadian yang aku alami kemarin. Dan anak kecil bernama Tissa itu, tidak mati, benar-benar hidup. Katanya, ini modus baru pencurian. seharusnya ketika aku mengajak anak itu pulang bareng, anak itu mengiyakan ajakanku dan menunjukkan ke jalanan sepi, sesuai ajaran Bapaknya. Dan di jalan sepi itu lah aku harusnya di rampok. Namun, anak itu menjadi iba ketika melihat foto anakku di handphoneku, sewaktu aku meminjamkannya untuk bermain game. Semuanya berakhir gagal, harusnya. Namun, entah sial atau apa, aku melihatnya di jalanan.
Polisi mengatakan, anak itu mengaku mati agar aku langsung kabur, lari, namun responku ternyata berbeda.
***
aku keluar dari kantor polisi, tidak tahu harus bagaimana. Hanya menunggu proses hukumnya saja. Tissa. Tissa..... Semoga kamu baik-baik saja.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar