Gadis Kecil yang suka merangkai kata
Blogaholic Designs”=

Followers

Yang Nyangkut :D

SURE!

SURE!

Kamis, 16 Januari 2020

November Series #3


Crying Over You

[Ep. 1 dan Ep. 2 dibaca dulu yeee klo belom]
***
Rainy. Iya, aku tahu namaku adalah Hujan. Awalnya aku senang, sebab yakin kamu akan selalu ingat namaku ketika hujan turun. Sangat gampang tersimpan dikepalamu saat bulan November tiba. Tapi ternyata tidak semenyenangkan itu.
Ada banyak hal yang ingin ku ceritakan ketika kamu tak lagi bersamaku. Dan aku tahu, kamu pasti tidak lupa tentang aku. Karena... namaku segampang itu. Tidak salah, jika aku pikir, kamulah yang mengemas drama ini. pura-pura menghilang termakan waktu, padahal kamu sedang berpikir apakah akan kembali atau pergi. Andai semudah itu untuk mengabaikan, akan ku abaikan dirimu sejak hari terakhir kita.
Sudah lama sekali dan aku tetap mencoba mengabaikan. Tapi sia-sia. Namamu, mau tidak mau harus ku sebut. Hari. Hari ini hari apa? Besok Hari selasa makan bareng yuk? Oh iya, Hari kamis ada deadline tugas. Jangan lupa hari ini libur. Hari minggu nanti mau kemana?
Hari. Hari. Hari!
***
Januari 2018
“Rainy ya?”
Aku mengangkat dagu, memalingkan wajah dari layar laptopku. Ku dapati seorang lelaki yang mungkin... jauh lebih tua daripada aku(?). Ia menatapku sambil tersenyum.
“Iya?” Jawabku sekaligus membalas senyumnya.
“Ah, Aku Bintang. Salam kenal.” Ia mengulurkan tangannya, aku sontak berdiri dan menerima uluran tangannya.
“Aku yang akan bimbing kamu selama magang disini, jadi mohon kerjasamanya yah?”
Aku tersenyum lega.
Tapi tidak pernah ku duga, sejak hari itu ada sesuatu yang berubah.
Ada yang berubah.
Ada...
***
Jika suatu hari aku telah sampai pada hari aku harus memilih, Mengatakan “Iya” pada sebuah lamaran ataupun sebaliknya, apakah aku harus mempertimbangkan perasaanku yang belum benar-benar pulih? Ataukah ku abaikan saja dan berani membuka lembar baru bersama calon pendamping hidup yang sebenarnya?
Sebab, ada yang mengatakan, cinta ya cinta, pernikahan ya pernikahan. Hanya orang beruntung yang dapat menikah dengan orang yang ia cintai. Um.. begitukah?
Tapi, jika suatu hari aku dititik harus memilih, menerima mu kembali atau menyelesaikannya hingga tidak ada yang tersisa, apakah aku harus mempertimbangkan suka dan duka yang pernah kita lewati? Ataukah ku abaikan saja dan menganggapmu orang baru?
Sebab ada yang mengatakan, masa lalu biarlah berlalu, yang penting bagaimana kita sekarang mempersiapkan masa depan.
Apa? Jadi aku harus memilih apa jika waktunya telah tiba?
***
Agustus 2018
“Rainy, pulang nanti makan bareng ya?” Ajak Mas Bintang.
Aku tersenyum tipis, “Ah, aku udah janji sama Kak Firda mau makan bareng, Mas.”
Sebenarnya, ada alasan lain aku menolak ajakan Mas Bintang. Tadi pagi Kak Firda berbisik ketika absen kantor, Ada berita penting tentang.. Hari... Tentu saja karena itu aku tidak fokus dan ingin cepat-cepat pulang untuk makan bareng Kak Firda.
Firda, teman kuliah Hari yang ternyata satu tempat magang denganku kini.
Secepat kilat aku langsung menjemput Kak Firda di ruangannya, menggandengnya, tanpa basa basi mendarat di rumah makan tempat kami biasa makan. Mata Kak Firda membesar, dan....
ia berusaha menceritakannya dengan kata-kata yang tepat.
tapi percuma.  kata demi katanya berhasil membuatku sangat sakit.
*
Hari ini... disaat hujan turun.... Kak Firda memberitahukan kabarmu. Yang tidak ku duga.
Kamu... akan menikah. Benarkah?
Padahal, aku yang selama ini terus bertanya-tanya sebelum tidur. Apakah aku kejam jika akhirnya menikah padahal masalah “Kita” belum selesai? Aku yang takut jika sewaktu-waktu Mas Bintang ingin melamarku. Aku yang sangat takut ketika kamu kembali disaat aku sudah menjadi milik orang lain. Aku yang takut ketika ternyata selama ini kamu menyesal dan ingin memulai kembali karena tahu hanya akulah yang membuatmu nyaman. Tapi.. tapi... aku seperti orang bodoh!
LEBIH BODOH LAGI, dengan kebodohan yang bertubi-tubi, aku menahan egoku dan memilih menelponmu setelah sekian tahun tak berani bertanya kabarmu. Aku ingin menanyakan apakah itu benar? Oh, segampang itukah?
Hari, apa kamu benar-benar telah melabuhkan hatimu pada seseorang yang dia itu bukan aku? Pada akhirnya kamu telah mendapatkan perempuan lain untuk mendengarkan semua ceritamu sampai akhir hayat mu?
Aku menangis tak karuan. Telpon yang belum 4 detik di telingaku, terlepas dan jatuh kelantai. Entah masih tersambung atau tidak, tapi aku tetap menangis. Kak Firda mencoba menenangkan aku. tapi... ini sangat berat Mas.... sangat berat.
Apakah Benar? Sekali Lagi, Apakah Benar?
***
“Mas Bintang, tentang pertanyaan mas hari itu....” Ah tuh kan harus nyebut kata Hari “Mas Bisa datang ke rumahku saja.”
Mata Mas Bintang berbinar.
Aku tersenyum. Tersenyum kecil.
Kamu pengecut Hari. sangat. Bahkan ketika kamu sudah bisa berpaling, kamu masih tak berani menghadapiku.
Ah,
Atau aku saja yang terlalu berharap. Terjebak terlalu lama. Bahkan ketika kamu sudah lupa, disini aku masing menangisinya. Ketika kamu sudah menerima keadaan, disini aku masih mempertanyakannya.
Hari, aku memang hujan sebenarnya, yang berusaha menghujam hari-harimu. Untungnya, kamu... sudah punya payung? dan kini, aku berusaha mencari yang lain juga?
Aku menatap mata Mas Bintang, tapi lama kelamaan mataku memanas. Hingga akhirnya aku tidak bisa menahan. Air mataku jatuh di depan Mas Bintang, untuk seseorang yang bernama Hari.
***
Cerita kita.... penuh dengan kesalah-pahaman. Dan kita.... tidak berusaha memperbaikinya. Semoga lekas kamu bahagia, dan jangan berhenti bahagia. Aku dengar, namanya Sunshine. Dari namanya aku percaya, dia bisa membahagiakanmu.
Jangan lupa, doakan aku balik ya?
***
Honne – Crying Over You

Tidak ada komentar :

Posting Komentar