Belajar Dari “Kamu”
Kamu.
Orang yang banyak memberiku pelajaran. Kamu yang datang hanya untuk menjadi
penghibur sementara. Bukan selamanya. Kamu dan kebaikanmu itu yang membuatku
menerimanya, meskipun aku tahu akan berakhir pahit. Bukankah cinta dan sakit
hati sepaket?
Darimu, aku dapat merasakan kebahagiaan. Merasakan
apa yang dikatakan pasangan lain “Dunia serasa milik berdua”. Aku dapat tertawa
hingga aku lelah, tak berhenti tersenyum saat kau melihatku.
Karena pandanganmu
itu, aku bisa merasakan arti ‘dicintai’ dengan tulus. kesetiaanmu membuatku
merasa berarti dalam hidup ini. Perhatianmu yang membuatku merasa keberadaanku
di muka bumi ini.
Namun kau
patahkan semua itu seiring berjalannya waktu. Kau yang membuatku mengenal cinta, kau pula yang membuatku mengenal
sakit hati.
Yah, pada
akhirnya kau merubah kehidupanku. Menjadi tak bewarna. Saat inilah yang
terpahit dari hubungan. Akhirnya kau membawa kepahitan, dengan kata putus kau
membuat hariku menjadi sulit.
Aku selalu
mencoba, hidup tanpa dirimu. Namun bukan berarti melupakanmu. Setiap detik, aku
mencoba tidak menatap Handphoneku, berharap ada pesan darimu. Tapi tak ada.
Aku selalu
mencoba, untuk tidak memikirkanmu lagi. Proses seperti ini yang sulit. Move On.
Darimu, aku belajar arti kata “merelakan”.
Merelekanmu.
Tak ada yang kekal untuk kita miliki. Semuanya hanya titipan. Termasuk dirimu,
yang datang dan aku tahu akan pergi lagi. Karena sebuah pertemuan kan berujung
perpisahan.
Karena perpisahan
kita menjadi sedih. Dan sedihlah yang membuat kita tahu bahwa kesengan itu ada.
Iya, kesenangan ada saat pertemuan itu terjadi.
Sulit untuk
merelakan sesuatu yang sempat kita miliki, apalagi pernah sangat menyayanginya.
Tapi aku tahu, aku tidak bisa terus-menerus menunggu dan berharap kepadamu yang
tak kunjung ingin kembali.
Darimu, aku tahu arti perihnya akhir cinta. Disaat aku
berharap namun kau tak mau memberi apa yang aku harapkan. Itu semua, karena kau
tak cinta~
Darimu, aku belajar, bahwa ada saatnya kita harus
berhenti berharap dan harus berhenti memikirkan seseorang yang kita sayangi. Apalagi,
jika orang tersebut sama sekali tidak peduli lagi dengan kita.
Semakin aku mengenalmu, semakin aku harus
melupakanmu. Namun melupakanmu tidak berarti menjadikanmu
orang asing dalam hidupku.
Semakin aku mencoba melupakanmu, semakin aku
terjebak dalam kenangan kita. Semakin aku mencoba mencari penggantimu, semakin
aku rindu dengan sosokmu.
Iya kamu.
Dan
disinilah, aku belajar untuk menerima
kenyataan. Kenyataan yang tergores adalah kehilanganmu.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar