Yang Sedang Menunggumu
Dibalik
derasnya hujan, kau berdiri disana menanti seseorang. Namun bukan belahan
hatimu. Menatap gelincir air yang mengalir, dan matamu pun mulai lelah. Hingga
malam menutupi, kau masih berdiri dibawa halte sederhana lalu hujan menyapu
ingatanmu.
Untuk siapa
kau menunggu? Kau lalu terdiam, tak tahu siapa yang kan datang. Hanya menunggu,
penantian yang kosong sayang. Kini terganti matamu mengeluarkan air bening. Untuk
siapa kau menangis? Kau hanya terdiam.
Sampai
akhirnya pergantian hari membuatmu lelah, matamu sembab dan tubuhmu menggigil. Kau
lalu meminta, tapi kepada siapa? Tatapanmu lurus kedepan dan hanya bisa
berharap kan ada orang yang menolongnya.
Kau pun
terjatuh, seseorang dari kejauhan melihatmu. Segera berlari dan memanggil
orang. Kamu lelah, tak ada tenaga di dalam tubuhmu lagi.
Matamu
lalu kau buka, tersadar kau telah di bangunan putih. Melihat samping kanan
kiri, hanya orang berlalu lalang tanpa memperdulikanmu. Kau lalu bertanya,
untuk siapa aku hidup? Namun tak ada sahut jawaban disana.
Kau temui
jalan yang kau anggap indah. Berdiri di atas bangunan putih itu. Sendiri, tanpa
ada yang menghambatmu. Sampai kakimu tak ingin lagi menapak, kau ingin
terjatuh. Lalu kau menutupi kedua matamu, seraya mengucapkan “Selamat Tinggal”.
Kau lalu
melangkah namun tak ada pijakan disana. Pikirmu, kau akan terjatuh dan pergi ke
dunia akhir. Namun, seseorang disana menarik tanganmu dengan keras.
“Jangan!”
Katanya
dengan tegas.
Kau
kemudian menangis, menangisi keadaanmu. Kau lalu menatap pria itu.
“ Kenapa
kau baru menemuiku? Kemana saja kamu?”
Pria itu
juga menangis, ia memelukmu dengan hangat. Banyak orang yang menyaksikan kamu
dan dia.
“ Maafkan
aku, maaf aku yang baru bisa mendapatkan mu”
Kau
berfikir, akankah kau memaafkannya. Setelah sekian lama membuatmu menunggu, dan
harus merasakan siksaan. Kau lalu menangis, entah apa yang kini kau rasakan.
Bibirmu tak
lekas mengucap kata. Hanya terdiam di kegalauan.
“ Ririn,
kamu mau maafkan aku kan?” Tanyanya lagi padamu.
Dan kaupun
memutuskannya. Kau melepaskan pelukannya, dan segera berlari ke arah yang tak
semestinya. Semua orang teriak. Semua orang yang menyaksikan aksimu histeris. Pria itu
lalu melihatmu dari atas, menangis tanpa henti sambil meneriakkan namamu. Kau kaku,
denyut nadimu berhenti.
Dia baru
tersadar, kalau orang yang menunggunya lebih berarti daripada orang yang sedang
bersamanya kini. Dia hanya bisa melihatmu dalam mimpi, orang yang selalu
menunggunya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar