Gadis Kecil yang suka merangkai kata
Blogaholic Designs”=

Followers

Yang Nyangkut :D

SURE!

SURE!

Minggu, 02 Juni 2013

Lelaki Tua Itu


Lelaki Tua Itu

       Hari ini hujan menemaniku. Malam yang sunyi membuat mataku dengan lincah memerhatikan persimpangan jalan, melihat seorang lelaki. Diseberang sana dibawah payung merah dengan sepasang kaki lainnya. Memeluk erat lengan lelaki itu, seakan kedinginan.
      Usianya jauh lebih muda dari pada usia lelaki itu. Kepalanya pun disandarkan di pundak lelaki itu. Sesekali samar-samar ku lihat matanya melihatku. Ia hanya tersenyum tipis, layaknya senyuman perempuan seperti biasanya.
      Tak lama, lelaki tua itu megeluarkan sebuah kretek. Lalu ujungnya dibakar dan dihisap sampai mengeluarkan asap yang mengepul setelah dihembuskan. Gadis kecil itu lalu mengipas daerah wajahnya dengan tangannya, seakan menghindari asap rokok itu. Tapi si lelaki tetap melanjutkan pekerjaannya.
Sampai sebuah taksi menghampiri mereka, dengan cepat si gadis lalu masuk ke dalam taksi dan melambaikan tangannya kearah lelaki itu.
***

       3 bulan telah berlalu, tapi aku masih memikirkan lelaki tua itu. Setelah kepergian gadis manisnya, ia berlari sekencang-kencangnya. Dengan sengaja ia melompat ke tengah jalanan, membuat tubuhnya dipenuhi darah, terbarak oleh dua mobil sekaligus.
Aku terkejut. Semua orang yang melihatnya berlari kearahnya. Akupun juga begitu. “Ayo, cepat bawa ke rumah sakit!” “Mobil mana mobil!” “telefon ambulance!” semua orang saling berteriak, mencoba menyelamatkan lelaki tua itu.
        Tapi tidak berhasil, sayang.
       Sampai sekarang, gadis manis itu masih tetap berdiri ditempat yang sama. Saat aku telah turun dari angkutan umum dan menunggu angkutan umum lainnya yang memiliki jalur berbeda, aku masih bisa melihatnya. Kadang pula, jika telah ada taksi yang menghampirinya, ia segera masuk kedalam dan pergi.
      Sekarang, aku melihatnya lagi. Ia tampak menunggu seseorang. Tapi siapa? Lelaki tua yang telah meninggal itu? Mungkin begitu. Perutnya yang mulai membesar itu bukti dari cinta mereka. Iya, ia hamil.
       Aku lalu memberanikan diri berdiri disampingnya. Ia hanya menatapku kosong, tidak keberatan dengan kehadiranku.
      “Mba, tunggu siapa?” Tanyaku.
      Ia tak lekas menjawab sampai aku berkata lagi. “Setiap hari aku lihat Mba menunggu disini.”
      Ia memalingkan wajahnya ke tatapanku. Mulutnya sedikit terbuka, sampai akhirnya ia berucap. “Suamiku”
      “Suami? Lelaki tua itu?”
      “Lelaki tua?” Katanya dengan air mata yang mulai mengalir dipipinya.
     “Maaf, maaf kalau Mba tersinggung.”
     “Itu Ayahku. Yang kau lihat di malam itukan?” katanya pelan.
Aku mengangguk. Ternyata lelaki itu adalah Ayahnya. Aku belum puas, aku masih penasaran. “Lalu suami Mba mana?”
     “Ia akan datang.”
Aku hanya mengangguk.
    “Ayahku hilang sejak kejadian di malam itu. Sekarang aku selalu menunggu suamiku menjemputku di tempat ini. Untuk menemaniku mencari Ayah. Karena, aku ingin Ayah tahu bahwa ia akan mempunyai cucu.”
Aku tercengang mendengar ucapannya. Apa dia tidak tahu kalau ayahnya bunuh diri di malam itu juga?
    “Setiap hari ia meminta maaf padaku, katanya ia tidak bisa membiayaiku, karena itulah aku dinikahkan di usia dini. Agar suamiku dapat membiayai uang sekolah dan hidupku.” “Tapi aku tidak apa. Aku terima kenyataan ini. Namun sekarang Ayah menghilang.”
      “Tapi Ayahmu sudah mening—“
      “Suamiku sudah datang. Maaf aku harus pergi.”
     Ia memotong ucapanku ketika sebuah taksi menghampirinya. Taksi yang sama dengan taksi yang selalu ia naiki. Kukira kan ada seseorang didalam sana, tetapi tidak ada. Supir taksi lalu tersenyum ramah padaku. Ternyata itulah suaminya.
Sekarang aku mengerti. Kasihan gadis itu. Ia tak tahu bahwa ayahnya telah meninggal. Aku lalu melangkah pergi dari tempat itu, tiba-tiba seseorang dari belakang menepuk pundakku.
      Dengan cepat aku berbalik. Ternyata supir taksi itu. “Aku tahu kamu ada di malam itu. Ku mohon, jangan bilang ke dia bahwa ayahnya telah meninggal. Ia sangat mencintai ayahnya.”
       “Tapi kamu harus mengatakannya! Kasihan dia.”
     “Iya, aku janji. Aku akan mencari waktu yang tepat untuk memberitahu dia. Aku hanya tidak ingin dia stress.”
     Aku hanya mengangguk pelan. Keesokan harinya aku tidak melihat gadis itu lagi. Bahkan lama setelah itu aku tidak pernah melihatnya lagi.

2 komentar :

  1. bagus loh win. tapi masih ada yg kurang. ada kata berulang dlm satu paragraf yg pas kebaca jd aneh. tp over all keren loh;)

    BalasHapus