Berusahalah Jadi Setia
Sepertinya,
saya sedang jatuh cinta. Sepertinya, saya mencintai dia. Diam-diam, fikiranku
terus menampakkan sosok dia. Sebenarnya, saya malu untuk mengutarakannya. Karena
dia, bukan siapa-siapa saya. Dan saya selalu merasa, sayalah orang yang paling
setia menunggu dia!
Dalam gelisah saya merindukan dia.
***
Dalam gelisah saya merindukan dia.
***
Bagaikan
aku sedang memeluk kaktus.
Mungkin,
ini adalah kesalahan terbesarku. Mencintainya namun tidak pernah berani
mengungkapkannya. Kepada siapa pun! Siapa pun!. Termasuk para sahabatku, tak
ada yang tahu soal perasaan ini.
Yang aku
sadari adalah, seharusnya dari awal mereka sudah tahu. Membuat mereka akan
membantuku, mungkin(?). Dan penyesalan terbesarku adalah, membiarkan sahabatku
mencintai dia!
Mungkin,
disinilah aku harus belajar. Banyak. Belajar melupakan, belajar merelakan, dan belajar
menerima kenyataan. Masa yang sedang ku lalui sekarang adalah... MOVE ON.
Lama..
lama.. perasaanku tercabik, melihat kemesraan sahabatku dan dia. Tapi, apa yang
akan ku lakukan? Memberontak? Menangis di hadapannya? Sambil berkata ‘Aku lebih
dulu mencintai diaaa’ di depan sahabatku? Ah, kurasa tidak.
Kalaupun ku
lakukan itu semua, dan sahabatku merelakan dia berpaling kepadaku, semuanya
tidak akan berjalan dengan indah. Malah, akan menjadi lebih sakit.
Akhirnya,
aku mencoba membuka hati lagi. Kepada siapapun yang mampu membuatku tidak
memikirkan dia. Mampu membuatku merasakan arti cinta sesungguhnya, dan mampu
membuatku melupakan kata sakit itu. Disinilah aku merasa aku sudah tidak setia
menunggunya.
***
Cinta
itu akhirnya datang. Terbang bersama kupu-kupu... hinggap dipundakku. Dan berbisik,
dialah orangnya.
Di matamu
aku melihat ketenangan.. di sampingmu aku merasa aman... dan diperhatikan
olehmu aku menjadi bahagia. Siapakah kamu? Hanya seseorang yang datang di waktu
yang tepat, katamu.
“Pernah
disakiti?” Tanyamu.
“Pernah. Sering.”
Jawabku.
“Kalau
begitu, aku tidak akan melakukannya. Soalnya kamu sudah pernah rasakan
disakiti.”
“Pernah
menangis karena cowo?” Tanyamu lagi
“Selalu.”
“Haha
yah, aku juga tidak akan melakukan itu, kamukan sudah pernah” kamu tertawa
lepas dengan jawaban yang ku beri. Dan akhirnya kamu bertanya lagi. “Sudah
pernah dicintai dengan tulus?”
Aku terdiam
sejenak. “Belum pernah.”
“Finally,
aku akan membuatmu merasakan itu.”
***
Hari-hari
ku lewati bersamamu. Hanya denganmu. Kamu benar-benar membuatku merasakan
dicintai dengan tulus. Kamu menepati janjimu. Semua ini membuatku tidak mau
perfikir akan kata putus. Dan aku mungkin tidak akan mau ‘putus’ dari kamu!
“Berusahalah
jadi setia.” Ucapmu.
“Kenapa
bilang begitu?”
“Hanya
ingin kamu berusaha jadi setia.”
“Jadi
menurutmu selama ini aku tidak setia?”
“Tidak.”
“Apa?”
“Kamu
baru dibilang setia kalau sudah sampai di pelaminan dengaku. Itupun kamu baru
memulai kesetianmu.”
“Hah?”
“Jadi,
berusahalah jadi setia. Agar kita sampai dipelaminan.”
Kamu
tersenyum kepadaku. Membuat bibirku juga tertarik untuk tersenyum.
“Seberapa
dalam cintamu ke Arsyad?”
Nama itu.
Nama pacar dari sahabatku. Orang yang pernah ku cintai. Dan orang yang banyak
mengajarkanku.
“Seberapa
dalam? Entahlah.”
“Cukup
dalam yah?” Tanyamu berusaha mendapat tatapanku.
“Aku
tidak tahu. Aku juga sudah tidak suka dengan dia.”
“Aku tahu
itu, mana mungkin kamu mau denganku disaat kamu mencintai orang lain?”
Aku menghela
nafas. “Lalu, Kenapa bertanya begitu?”
“Karena, aku
ingin membuatmu mencintaiku lebih dalam daripada saat kamu mencintai Arsyad.”
Aku
tersenyum manis. Aku tidak peduli lagi
seberapa dalam cintaku dulu padanya, aku tidak peduli lagi dengan dia. Aku
sudah melupakannya. Aku sudah bersamamu. Dan aku akan berusaha jadi setia.
Setia mu,
akan kamu tahu disaat kamu berpisah darinya karena kematian.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar