Gadis Kecil yang suka merangkai kata
Blogaholic Designs”=

Followers

Yang Nyangkut :D

SURE!

SURE!

Selasa, 04 Agustus 2015

About Something Sweet


“Berhenti makan itu!”
Riani melirik sedikit, dengan mulut penuh kembang gula ia menyergit. Tanpa peduli ocehan sahabatnya, Riani tetap mengunyah dengan mantap kembang gula yang berwarna biru muda itu. Tara mencibir lalu kembali fokus memerhatikan jalanan ibu kota yang sedang dilanda macet. Radio yang sedang memutar lagu Stay – Miley Cyrus mengiringi perjalanan mereka kembali ke rumah Riani.
“Rin, kebanyakan makan gula itu ga baik. Terlalu manis, bikin gigi kamu berlubang. Kamu mau ga punya gigi?” Ucap Tara tanpa menoleh ke Riani.
Riani tersenyum, “lagunya enak yah!”
“Riani!” Kali ini Tara sengaja memperlambat laju mobil dan menatap Riani tajam. “Aku serius bicara gini. Kamu tuh yah, udah gede, udah pengen nikah, tetep aja makan kembang gula! Kalau kamu kena penyakit gula gimana? Trus gigi kamu berlubang, copot satu-satu gimana? Emang kamu kira Guntur bakalan mau sama cewe yang ga punya gigi?”
“Tara... kamu santai aja kenapa sih? Lagian kamu udah tahu kan aku suka banget sama yang manis-manis? Wajar dong kalau aku sering makan kembang gula. Lagian, kalau kita pengen mendapatkan apa yang kita mau, kita harus mengorbankan sesuatu.  Jadi ga apa-apalah kalau yang aku korbanin itu gigi aku... “ Jawab Riani enteng.
Tara menggelengkan kepala cepat. “Ngorbanin gigi? Oh.. jadi kalau pengen dapetin apa yang kita mau, kita harus berkorban gitu?”
“Ya iyalah, di dunia ini kan semua ada sebab akibatnya. Jadi kalau kita korbanin sesuatu, pasti kita akan mendapatkan apa yang kita mau!”
“Ga segitunya juga kali. Ingat, Guntur itu cowo sempurna, masa punya pasangan ompong!”
“Ihhhh Tara kamu jahat!” Riani memukul pundak Tara pelan. Tara terkekeh lalu meminta ampun.
“Yaudah maaf deh...”
“Iya.... eh tapi Tar, kamu udah mesen kembang gula di tempet yang aku tunjukin kemarin kan?”
Tara melirik sebentar Riani, mencoba tetap fokus untuk menyetir. “Iya sudah. Itu sudah beres.”
“Baguslah kalau sudah... semoga acara pertunangan lusa berjalan lancar...” Harap Riani.
“Aneh, di acara pertunangan ada kembang gula! hahaha” Tara tertawa lepas mengejek Riani.
Riani mengeram tapi tidak mau bekomentar lagi. Semenit kemudian suasana menjadi hening. Lagu di radio kini berubah menjadi i’m not the only one dari Sam Smith. Jam menunjukkan pukul enam lewat tujuh belas, membuat jalanan bertambah macet. Mata Riani mulai sayup-sayup tanda kelelahan.
“Riani... kamu ngantuk ya?”
Riani tersenyum kecil, “Ga kok.”
“Oya Rin.... kamu yakin bahagia dengan pertunangan ini?” Tanya Tara hati-hati. Tarapun tidak berani melihat ekspresi Riani.
“Kamu ngomong apa sih? Kitakan udah sahabatan empat tahun! Kamu tahu aku dan aku tahu kamu! Apalagi yang kamu takutkan? Oh.. atau jangan-jangan kamu ga suka dengan pertunangan ini?”
“Bukan gitu Rin... aku takut kamu ga bahagia... lagian masih banyak cowok diluar sana... kenapa mesti...”
“Kenapa mesti apa? Udah deh. Ini udah jalan hidup aku Tara! Kita harus terima.” Jawab Riani tegas lalu memalingkan wajahnya keluar jendela, membelakangi Tara.
“Riani.... aku tahu kamu ga pengen dengan pertunangan itu...” Ucap Tara dengan volume nyaris tak terdengar.
Riani hanya diam. Diam. Namun dibalik diamnya, Riani menyimpan sejuta rahasia yang mungkin Tara tahu namun pura-pura tidak peduli. Hatinya memang selalu sesak jika mengingat pertunangannya yang tinggal menghitung hari. Apalagi, pertunangan yang tidak didasari oleh cinta. Dan entah mengapa, Riani selalu tidak bisa menahan air matanya jika mengingat perasaannya yang memang untuk orang lain.
***
Riani membuka matanya pelan. Bulu mata yang baru saja terpasang membuat kelopak matanya terasa susah diangkat. Ia tersenyum puas melihat hasil make up sepupunya yang memang mempunyai salon pribadi.
“Kamu sudah siap menjadi pusat perhatian!” Puji Naomi, sepupunya.
“Terma kasih Naomi.” Jawab Riani dengan senyuman manis.
Naomi kemudian keluar dari kamar. Riani menatap dirinya dibalik cermin besar kamar Ibunya. Ada sesuatu yang Riani cemaskan. Riani sangat ingin tersenyum dan tertawa dihari bahagianya ini, tapi entah mengapa ada sesuatu yang ia cemaskan. Ada sesuatu yang ia takutkan.
Apakah bertunangan dengannya adalah keputusan yang tepat?
***
Ibu dan Ayah Riani menggandeng Riani menuju tempat berlangsungnya pertunangan, tepat dibelakang rumahnya. Riani melewati kolam renang yang penuh pantulan bintang, kolam yang selalu ia pakai bersama Tara. Riani lalu melewati sebuah gasebo kecil berwarna putih tempat bercanda guraunya bersama Tara. Ah, Riani tidak menyangka, kalau mereka sudah dewasa.
Semua orang yang ikut meramaikan acara pertunangan Riani bertepuk tangan ketika Riani sudah sampai didepan meja besar berisikan kue cantik berwarna putih-merah muda. Ketika Riani menengok ke samping kanan, terlihat jelas ada banyak kembang gula berwana merah muda dan biru berbentuk hati dan besar. Riani sontak terharu, tak menyangka kalau Tara memesan kembang gula secantik itu.
Riani kemudian menyebar pandangan, mencari sosok Tara.
“Ma, Tara mana? Kok telat?” Bisik Riani ke telinga mama.
“Tara belum ngasih tahu kamu?” Mama bertanya balik.
“Ngasih tahu apa Ma?” Riani mulai merasa ada yang aneh.
Tiba-tiba, para tamu kembali bertepuk tangan dengan keras, Riani mengangkat wajahnya dan melihat siapa yang datang.
Seseorang berjas hitam yang digandeng oleh ibunya sedang berjalan mendekati Riani dan Mama. Senyumnya mengembang ketika melihat Riani begitu cantik malam ini. Tapi, Riani kaku tak bergerak. Matanya tak bisa berkedip. Mulutnya keluh. Kenapa bisa dia? Kenapa laki-laki itu GUNTUR? Bukannya lelaki yang akan menjadi tunangan Riani malam ini adalah Tara? Lalu kenapa bisa Guntur? Kenapa?!
***
Riani gelisah, dengan cepat matanya mencoba mencari sosok Tara. Tapi terlalu ramai disini. Terlalu banyak orang, apalagi Riani tergolong pendek sehingga penglihatannya terbatas kalau sudah dikerumuni oleh orang banyak. Tapi Riani sudah terlambat, Guntur sudah sampai didepan Riani. Riani hanya bisa tersenyum. Jantungnya berdegup kencang. Guntur, lelaki yang ia puja puji selama dua tahun belakangan ini sekarang berdiri tepat didepannya. Lelaki yang memang selalu terselip diantara doa-doa Riani untuk dijadikan jodoh.
“Kamu kaget kenapa aku? Bukan Tara?” Tanya Guntur sebelum proses pertunangan dimulai.
“Sangat amat.” Jawab Riani singkat.
Kini Riani pasrah. Namun disisi lain ia begitu gembira. Gembira karena doanya selama ini terkabulkan. Tapi, tetap saja, ini begitu aneh bagi Riani. Kenapa Tara melakukan ini semua?
Riani mencoba melupakan sejenak tentang sahabatnya itu dan mengikuti proses pertunangannya dengan tenang.
***
Riani segera menelfon Tara setelah acara selesai. Tadi, Riani tidak mendapati Tara. Kata mamapun, Tara enggan untuk menghadiri acara ini karena tidak sanggup melihat acara ini.
“Tara? Kamu dimana? Kenapa jadi begini sih? Kenapa bukan kamu? Harusnya kan kita sudah tunangan detik ini juga! Kamu kenapa sih? Kok kamu langsung nyuruh guntur? Kamu harusnya bilang dulu dong ke aku! Kamu ga yakin bisa bahagiain aku? Atau bagaimana sih? Oh kamu ga mau punya istri ompong? Tara? Jawab aku!”
Tara tertawa paksa. “Riani... kamu bawel banget sih... keliatan sekali yah kalau kamu seneng banget sudah tunangan dengan Guntur... oya, kembang gula yang aku pesen cantik kan?”
Riani mengeram. “Jangan bahas kembang gula itu dulu Tara! Sekarang aku tanya, Ada apa sih sama kamu? Bukannya dulu kamu yang selalu nyuruh aku lupain Guntur dan nyuruh aku buka hati untuk kamu? Trus kenapa pas aku udah terima kamu, kamu malah nyuruh Guntur yang jadi tunangan aku? Kamu kenapa sih!?”
Tara menghela napas panjang. “Riani... kamu kan pernah bilang... kalau pengen mendapatkan apa yang kita mau, kita harus berkorban....”
“Lah terus!?”
“Selama ini yang aku mau itu Cuma liat kamu bahagia. Itu aja. Dan aku sadar, untuk liat kamu bahagia itu, yaa relain kamu bersama orang lain. Orang lain yang sangat kamu cintai, yaitu Guntur.”
Riani terdiam.
“Aku rela korbanin cinta aku. Asal aku mendapatkan apa yang aku mau, yaitu liat kamu bahagia.”
Mata Riani mulai berkaca-kaca.
“karena aku tahu Riani... untuk liat kamu bahagia.... itu ga mesti harus bersama aku.”
"Tara..." Panggil Riani Lirih.
"Oya Rianiku yang manis, Jangan kebanyakan makan kembang gula lagi yah, kasihan Guntur kalau punya istri ompong...."
"Taraaaa"
"Riani, selamat yah... aku ikut bahagiaaa... kamu harus percaya, aku ikut bahagia kok!"
"Makasih Tara untuk semuanya..."
 Diujung telepon, Tara berusaha untuk tersenyum meskipun sambil memegangi dadanya yang terasa sangat sesak. Tara tahu ini sakit, tapi Tara sudah melakukan yang hal benar dengan membuat orang yang disayanginya bahagia.

***
Untuk membahagiakan orang yang kamu sayangi tak selamanya dia harus menjadi milik kamu dulu, membahagiakan orang yang kita sayangi berarti melakukan apapun yang terbaik untuk dia meskipun salah satunya adalah merelakan dia pergi bersama orang lain.
Win.



Untuk kalian, yang telah berani merelakan orang tersayang
menjadi  milik orang lain agar kelak dia bahagia.


Tidak ada komentar :

Posting Komentar